Friday, June 5, 2015

STUDI KASUS Bimbingan Siswa Yang Mempunyai Pemahaman Yang Keliru Berdampak Pada Nilai Pelajaran Turun


STUDI KASUS
Bimbingan Siswa Yang Mempunyai Pemahaman Yang Keliru Berdampak Pada Nilai Pelajaran Turun
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen pengampu:
Nurul Aini,SIP,S.Pd,M.Si


Disusun Oleh :
Aan Andhika Rohman ( 211002)

 


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
JEPARA



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
     Puja puji syukur kami haturkan kepada Allah swt yang telah melinpahkan rahmatnya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul”Bimbingan Siswa Yang Mempunyai Pemahaman Yang Keliru Berdampak Pada Nilai Pelajaran Turun”
     Yang Kedua kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
1.Kepada Bpk Dosen:Nurul Aini,yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada mata kuliah”Bimbingan Konseling”.
2.Kepada Para Penulis Buku,yang karyanya kami kutib untuk dijadikan bahan referensi.
3.Kepada Semua Teman-Teman Fakultas Tarbiyah 5A,yang telah memberikan kritikan dan tanggapanya dalam penyempurnaan makalah ini.
     Semoga apa yang telah diberikan dibalas oleh Allah swt,semoga apa yang ada dalam makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

            Jepara,1 Oktober 2013

                                                                                              Penulis:


Aan Andhika Rohman








DAFTAR ISI

Logo……………………………………………………………..1
Kata Pengantar…………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………...3

BAB 1 Pendahuluan:
     A.Latar Belakang……………………………………………..4.
     B.Rumusan Masalah………………………………………….4
     C.Tujuan Masalah…………………………………………....4
BAB II Pembahasan:
     A.Pengertian Layanan Bimbingan Siswa……………………5
     B.Identifikasi Kasus Siswa……………………………………5
          a.)Memahami Alex Dalam Prespektif Rasional Emotif….6
          b.) Tujuan dan Teknik Konseling…………………………8
          c.)Spiritual Agama dalam Konseling……………………...9
BAB III Penutup:
A.Kesimpulan…………………………………………………….11
B.Saran…………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………13









BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.
            Kasus keminderan dan ketakutan yang dialami oleh seseorang,hanya karena pemikiran seseorang yang salah tentang seseorang yang bersprestasi ingin melanjutkan kesekolah yang tinggi namun karena faktor pemahaman yag keliru tentang anak desa yang miskin namun berprestasi yang melanjutkan sekolah faforit di jakarta yang membuatnya ragu-ragu sehingga berdampak nilainya turun dan cemas apakah bisa naik kelas atau tidak.
Maka dalam hal ini perlu suatu bimbingan konseling yang dapat memotivasi seseorang agar selalu bersemangat untuk mencapai tujuanya.Tujuan dari bimbingan konseling adalah mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke pola pikir rasional melalui persuasif,pemberian nasehat secara tepat.
B.Rumusan Masalah:
a.Mengetahui pengertian layanan bimbingan konseling?
b.Mengetahui identifkasi kasus siswa?
c.Memahami Alex Dalam Prespektif Rasional Emotif?
d.Mengetahui tujuan dan teknik konseling?
e.Mengetahui spiritual agama dalam konseling?
C.Tujuan Masalah:
a.Menjelaskan pengertian layanan bimbingan konseling?
b.Menjelaskan identifikasi kasus siswa?
c.Menjelaskan pemahaman Alex dalam prespektif rasional emotif?
d.Menjelaskan tujuan dan teknik konseling?
e.Menjelaskan spiritual agama dalam konseling?





BAB II
PEMBAHASAN

A.
Pengertian Layanan Bimbingan Siswa
       Menurut Djumhur dalam bukunya yang berjudul : Bimbingan dan Penyukuhan diSekolah pengertian bimbingan mempunyai batasan sebagai berikut:
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa atau individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak wajar sesuai dengan dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.”
Pandangan Frank W Miller (1961), sebagai berikut :
            “Bimbingan” adalah proses membantu individu untuk mencapai pemahaman diri dan arah diri terutama untuk membuat penyesuaian maksimum terhadap sekolah, rumah tangga dan masyarakat umum.”

B.Identifikasi Kasus Siswa :
     Nama Siswa: Alexander
     Nama Panggilan: Alex
     Kelas: I SMU Jakarta
     Tempat dan Tanggal Lahir: Pecangaan,1 Juli 1997
     Agama: Islam
     Jenis Kelamin: Laki-Laki
     Alamat: Pecangaan Kulon Rt 06 Rw 02
     Sekolah: SMU Faforit Jakarta
     Hobby: Bernyanyi
     Jumlah Saudara: 3
     Anak Ke: 1
2.Keadaan Jasmani Siswa:
     Tinggi Badan: 174 cm
     Berat Badan: 68 Kg
     Warna Kulit: Sawo Matang
     Warna Rambut: Hitam
    
            Alex adalah siswa kelas III SLTP di Pecangaan yang barusan lulus.Alex berasal dari keluarga petani yang terbilang kurang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman Pecangaan,sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP di Pecangaan anaknya melanjutkan ke SMU di Jakarta; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah payah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah.Pertimbangan wali kelasnya karena Alex terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit di jakarta.Sejak diterima di SMU favorit di Jakarta di satu pihak Alex bangga sebagai anak desa toh bisa diterima,tetapi di lain pihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Alex di desa.Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois,kurang bersahabat,pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja,dan sombong.Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya akhirnya timbul rasa tidak krasan,tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung,terus bertahan,susah tak ada teman yang peduli.Dasar saya anak desa,anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri.Akhirnya benar-benar menjadi anak minder,pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya.Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat,sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

a.) Memahami Alex Dalam Prespektif Rasional Emotif.

            Menurut pandangan rasional emotif,manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional,manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain,dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya.Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya,akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa,selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya.Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya,pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya.Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan atau perilaku rasional atau irasional.                                   Bagaimana tindakan atau perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
            Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya,memainkan peranan Tuhan apa saja yang dipandang itu harus terjadi,mengontrol dunia,dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna,menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu,tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung,dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya.Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan.Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya:semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
            Sehubungan dengan kasus,Alex sebetulnya terlahir dengan potensi unggul,ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional,ia telah menempatkan harga diri pada konsep atau kepercayaan yang salah yaitu jika kaya,semua teman memperhatikan atau mendukung,peduli dan lain-lain dan itu semua tidak ada atau didapatkan sejak di SMU,sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri.Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya.Ia menjadi minder,pemalu,penakut dan akhirnya ragu-ragu tentang keberhasilan atau prestasinya kelak yang menurun sebetulnya tidak perlu terjadi.

b.)Tujuan dan Teknik Konseling..
            Jika pemikiran Alex yang tidak logis atau realistis (Tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya.Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Alex yang melatar-belakangi ketakutan atau kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain.Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Alex,mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional atau logis dan realistis melalui persuasif,sugestif,pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar serta bibliografi terapi.
            Konseling kognitif: Untuk menunjukkan bahwa Alex harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah,sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses.Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat,konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap atau ketergantungan pada orang lain yang benar atau rasional dilanjutkan sebagai PR melatih,mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh: mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung,tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya.Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya.Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci,memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya.Adakah tidak mungkin menuntut semua atau setiap orang setiap saat baik pada saya dan seterusnya.Ide-ide ini diajarkan dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
            Konseling Emotif: Emotif untuk mengubah sistem nilai Alex dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh,bermain peran,dan pelepasan beban agar Alex melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas.Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Alex yang irasional atau tak logis kontrak reinforcemen,sosial modeling dan relaksasi atau meditasi.

c.)Spiritual Agama dalam Konseling.
            Upaya penelitian bidang agama dalam hubunganya dengan konseling,juga dilakukan oleh Bergin (1980) misalnya didalam penelitianya ia mengemukakan 46% responden dari ahli kesehatan mental yang ia survey,mereka menyetujui bahwa seluruh pendekatan kehidupan mereka didasarkan pada agamanya.
            Peneliti selanjutnya adalah peniliti yang menemukan pentingnya spiritual agama dalam proses terapi konseling,pentingnya nilai agama dijadikan pijakan dalam proses konseling dan psikoterapi.
            Spiritaul agama dalam konseling kasus Alex adalah bahwa pendekatan tentang kasus tersebut dapat didasarkan pada agamanya.agama mempunyai peran yang sangat penting untuk mengubah perilaku Alex karena keyakinan dan kepercayaan yang dia yakini yang didasarkan pada agamanya.misal: Dalam agama islam bahwa Tuhan itu maha pengasih dan penyayang  keyakinan dan kepercayaan yang dia yakini,maka dalam hal tersebut seseorang tidak boleh minder,dia brespestasi dan melanjutkan sekolah di SMU faforit di jakarta tapi kehidupanya miskin,yang membuatnya minder tidak semangat karena kehidupanya yang dia alami itu berbeda dengan yang didesa.Semua teman-temanya di SMU jakarta adalah orang kaya,dan teman-temanya yang kaya tidak mempedulikan dia.Namun dalam keyakinan agama bahwa”Tuhan itu tidak membeda-bedakan umatnya mana yang kaya dan mana yang miskin semua itu sama dalam pandangan Tuhan yang membedakan adalah ketaqwaan,ilmu yang dia miliki”.Hal ini akan membuat Alex menjadi termotivasi semangatnya dan terus berprestasi demi tujuanya yang ingin dicapai,bahwa dalam agama”Tuhan itu tidak akan merubah nasib seseorang kalau seseorang tidak mau merubah nasibnya,bukankah pepatah telah mengatakan ada kemauan pasti ada jalan”.Jika dia tidak minder dan terus semangat demi tujuanya agar dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik,maka Tuhan akan merubah nasibnya menjadi lebih baik.[1]








BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
       Menurut Djumhur dalam bukunya yang berjudul : Bimbingan dan Penyukuhan diSekolah pengertian bimbingan mempunyai batasan sebagai berikut:
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa atau individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak wajar sesuai dengan dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.”
     Hal ini coba diterapkan pada siswa yang mengalami hambatan dalam proses belajar dalam kasus ini adalah Alex siswa kelas satu SMU faforit di Jakarta. Alex berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman Pecangaan,setamat SLTP ia melanjutkan di SMU faforit dijakarta disisi lain ia bangga karena dia orang kampung bisa sekolah di SMU faforit Jakarta dan disisi lain ia minder karena pemahaman yang keliru karena dia bukanlah orang kaya tidak seperti teman-temanya.akhirnya cemas dan ragu-ragu sehingga nilainya turun dan ragu-ragu apakah bisa naik kelas ataukah tidak.
     Memahami Alex dalam prespektif rasional emotif. Alex sebetulnya terlahir dengan potensi unggul,ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional,ia telah menempatkan harga diri pada konsep atau kepercayaan yang salah yaitu jika kaya,semua teman memperhatikan atau mendukung,peduli dan lain-lain dan itu semua tidak ada atau didapatkan sejak di SMU,sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri.Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya.Ia menjadi minder,pemalu,penakut dan akhirnya ragu-ragu tentang keberhasilan atau prestasinya kelak yang menurun sebetulnya tidak perlu terjadi.
     Tujuan dan teknik konseling. Jika pemikiran Alex yang tidak logis atau realistis (Tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya.Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Alex yang melatar-belakangi ketakutan atau kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain.
     Spiritual agama dalam konseling. Spiritaul agama dalam konseling kasus Alex adalah bahwa pendekatan tentang kasus tersebut dapat didasarkan pada agamanya.agama mempunyai peran yang sangat penting untuk mengubah perilaku Alex karena keyakinan dan kepercayaan yang dia yakini yang didasarkan pada agamanya. dalam keyakinan agama bahwa”Tuhan itu tidak membeda-bedakan umatnya mana yang kaya dan mana yang miskin semua itu sama dalam pandangan Tuhan yang membedakan adalah ketaqwaan,ilmu yang dia miliki”.Hal ini akan membuat Alex menjadi termotivasi semangatnya dan terus berprestasi demi tujuanya yang ingin dicapai,bahwa dalam agama”Tuhan itu tidak akan merubah nasib seseorang kalau seseorang tidak mau merubah nasibnya,bukankah pepatah telah mengatakan ada kemauan pasti ada jalan”.Jika dia tidak minder dan terus semangat demi tujuanya agar dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik,maka Tuhan akan merubah nasibnya menjadi lebih baik.
B.Saran
     Demikian makalah ini kami buat,apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah kami buka kritikanya demi penyempurnaan makalah ini.Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana Semarang.
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.


    






[1] Elfi Mu’awanah,Bimbingan Konseling Islam,(Jakarta:Teras,2012),hlm.142                                      

No comments:

Post a Comment

Jina wajina lirik

 Jina wajina