STUDI KASUS
Bimbingan Siswa Yang
Mempunyai Pemahaman Yang Keliru Berdampak Pada Nilai Pelajaran Turun
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen pengampu:
Nurul
Aini,SIP,S.Pd,M.Si

Disusun Oleh :
Aan Andhika Rohman (
211002)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
JEPARA
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puja puji
syukur kami haturkan kepada Allah swt yang telah melinpahkan rahmatnya kepada
kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul”Bimbingan
Siswa Yang Mempunyai Pemahaman Yang Keliru Berdampak Pada Nilai Pelajaran Turun”
Yang Kedua kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
1.Kepada Bpk Dosen:Nurul Aini,yang telah memberikan
bimbingan dan arahan pada mata kuliah”Bimbingan Konseling”.
2.Kepada Para Penulis Buku,yang karyanya kami kutib
untuk dijadikan bahan referensi.
3.Kepada Semua Teman-Teman Fakultas Tarbiyah 5A,yang
telah memberikan kritikan dan tanggapanya dalam penyempurnaan makalah ini.
Semoga apa yang telah diberikan
dibalas oleh Allah swt,semoga apa yang ada dalam makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Jepara,1 Oktober 2013
Penulis:
Aan
Andhika Rohman
DAFTAR
ISI
Logo……………………………………………………………..1
Kata Pengantar…………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………...3
BAB
1 Pendahuluan:
A.Latar Belakang……………………………………………..4.
B.Rumusan Masalah………………………………………….4
C.Tujuan Masalah…………………………………………....4
BAB II Pembahasan:
A.Pengertian Layanan Bimbingan
Siswa……………………5
B.Identifikasi Kasus Siswa……………………………………5
a.)Memahami Alex Dalam Prespektif Rasional Emotif….6
b.)
Tujuan dan Teknik Konseling…………………………8
c.)Spiritual
Agama dalam Konseling……………………...9
BAB III Penutup:
A.Kesimpulan…………………………………………………….11
B.Saran…………………………………………………………...12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.
Kasus keminderan dan ketakutan yang dialami oleh
seseorang,hanya karena pemikiran seseorang yang salah tentang seseorang yang
bersprestasi ingin melanjutkan kesekolah yang tinggi namun karena faktor pemahaman
yag keliru tentang anak desa yang miskin namun berprestasi yang melanjutkan
sekolah faforit di jakarta yang membuatnya ragu-ragu sehingga berdampak
nilainya turun dan cemas apakah bisa naik kelas atau tidak.
Maka dalam hal ini perlu suatu bimbingan konseling yang dapat memotivasi
seseorang agar selalu bersemangat untuk mencapai tujuanya.Tujuan dari bimbingan
konseling adalah mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke pola pikir
rasional melalui persuasif,pemberian nasehat secara tepat.
B.Rumusan Masalah:
a.Mengetahui pengertian
layanan bimbingan konseling?
b.Mengetahui
identifkasi kasus siswa?
c.Memahami Alex Dalam Prespektif Rasional Emotif?
d.Mengetahui tujuan dan teknik konseling?
d.Mengetahui tujuan dan teknik konseling?
e.Mengetahui spiritual
agama dalam konseling?
C.Tujuan Masalah:
a.Menjelaskan
pengertian layanan bimbingan konseling?
b.Menjelaskan
identifikasi kasus siswa?
c.Menjelaskan pemahaman
Alex dalam prespektif rasional emotif?
d.Menjelaskan tujuan
dan teknik konseling?
e.Menjelaskan spiritual
agama dalam konseling?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa
Menurut Djumhur dalam bukunya yang berjudul : Bimbingan dan Penyukuhan
diSekolah pengertian bimbingan mempunyai batasan sebagai
berikut:
“Bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa atau individu yang dilakukan
secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak wajar sesuai dengan
dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.”
Pandangan
Frank W Miller (1961), sebagai berikut :
“Bimbingan”
adalah proses membantu individu untuk mencapai pemahaman diri dan arah diri
terutama untuk membuat penyesuaian maksimum terhadap sekolah, rumah tangga dan
masyarakat umum.”
B.Identifikasi Kasus Siswa :
Nama Siswa: Alexander
Nama Panggilan: Alex
Kelas: I SMU Jakarta
Tempat dan Tanggal Lahir: Pecangaan,1 Juli
1997
Agama: Islam
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Alamat:
Pecangaan Kulon Rt 06 Rw 02
Sekolah: SMU Faforit Jakarta
Hobby: Bernyanyi
Jumlah Saudara: 3
Anak Ke: 1
2.Keadaan
Jasmani Siswa:
Tinggi Badan: 174 cm
Berat Badan: 68 Kg
Warna Kulit: Sawo Matang
Warna Rambut: Hitam
Alex
adalah siswa kelas III SLTP di Pecangaan yang barusan lulus.Alex berasal dari
keluarga petani yang terbilang kurang cukup secara sosial ekonomi di desa
pedalaman Pecangaan,sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan
setamat SLTP di Pecangaan anaknya melanjutkan ke SMU di Jakarta; orang tua
sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah payah melanjutkan sekolah ke
kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat
merelakan anaknya melanjutkan sekolah.Pertimbangan wali kelasnya karena Alex
terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa
diterima di SMU favorit di jakarta.Sejak diterima di SMU favorit di Jakarta di
satu pihak Alex bangga sebagai anak desa toh bisa diterima,tetapi di lain pihak
mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya
dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Alex di desa.Ia
menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois,kurang
bersahabat,pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja,dan
sombong.Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan
mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya akhirnya
timbul rasa tidak krasan,tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya
sekampung,terus bertahan,susah tak ada teman yang peduli.Dasar saya anak desa,anak
miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri.Akhirnya benar-benar
menjadi anak minder,pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana
mestinya.Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan
makin berat,sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
a.) Memahami
Alex Dalam Prespektif Rasional Emotif.
Menurut pandangan rasional emotif,manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional,manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain,dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya.Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya,akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa,selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya.Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya,pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya.Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan atau perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan atau perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri
irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya,memainkan peranan Tuhan
apa saja yang dipandang itu harus terjadi,mengontrol dunia,dan jika tidak dapat
melakukannya dianggap goblok dan tak berguna,menumbuhkan perasaan tidak nyaman
(seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu,tak terlalu jelek/memalukan namun
dibiarkan terus berlangsung,dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal
dan mengubahnya.Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang
bersangkutan.Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya:semua
orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang
terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena
saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita
karena semuanya itu.
Sehubungan
dengan kasus,Alex sebetulnya terlahir dengan potensi unggul,ia menjadi bermasalah
karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional,ia telah menempatkan
harga diri pada konsep atau kepercayaan yang salah yaitu jika kaya,semua teman
memperhatikan atau mendukung,peduli dan lain-lain dan itu semua tidak ada atau
didapatkan sejak di SMU,sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan
hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri.Ia telah berhasil
membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah
terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya.Ia menjadi minder,pemalu,penakut
dan akhirnya ragu-ragu tentang keberhasilan atau prestasinya kelak yang menurun
sebetulnya tidak perlu terjadi.
b.)Tujuan dan
Teknik Konseling..
Jika pemikiran Alex yang tidak logis atau realistis (Tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya.Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Alex yang melatar-belakangi ketakutan atau kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain.Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Alex,mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional atau logis dan realistis melalui persuasif,sugestif,pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar serta bibliografi terapi.
Jika pemikiran Alex yang tidak logis atau realistis (Tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya.Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Alex yang melatar-belakangi ketakutan atau kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain.Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Alex,mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional atau logis dan realistis melalui persuasif,sugestif,pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar serta bibliografi terapi.
Konseling
kognitif: Untuk menunjukkan bahwa Alex harus membongkar pola pikir irasional
tentang konsep harga diri yang salah,sikap terhadap sesama teman yang salah
jika ingin lebih bahagia dan sukses.Konselor lebih bergaya mengajar : memberi
nasehat,konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan
asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan
sikap atau ketergantungan pada orang lain yang benar atau rasional dilanjutkan
sebagai PR melatih,mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh: mulai dari
seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang
mendukung,tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya.Allah mengasihi saya, karena
saya berharga dihadiratNya.Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang,
puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya
benci,memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah
40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10%
saja yang membeci saya.Adakah tidak mungkin menuntut semua atau setiap orang
setiap saat baik pada saya dan seterusnya.Ide-ide ini diajarkan dan dilatihkan
dengan pendekatan ilmiah.
Konseling
Emotif: Emotif untuk mengubah sistem nilai Alex dengan menggunakan teknik
penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh,bermain peran,dan
pelepasan beban agar Alex melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak
rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik
kognitif di atas.Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang
negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Alex yang irasional atau tak logis
kontrak reinforcemen,sosial modeling dan relaksasi atau meditasi.
c.)Spiritual Agama
dalam Konseling.
Upaya
penelitian bidang agama dalam hubunganya dengan konseling,juga dilakukan oleh
Bergin (1980) misalnya didalam penelitianya ia mengemukakan 46% responden dari
ahli kesehatan mental yang ia survey,mereka menyetujui bahwa seluruh pendekatan
kehidupan mereka didasarkan pada agamanya.
Peneliti
selanjutnya adalah peniliti yang menemukan pentingnya spiritual agama dalam
proses terapi konseling,pentingnya nilai agama dijadikan pijakan dalam proses
konseling dan psikoterapi.
Spiritaul
agama dalam konseling kasus Alex adalah bahwa pendekatan tentang kasus tersebut
dapat didasarkan pada agamanya.agama mempunyai peran yang sangat penting untuk
mengubah perilaku Alex karena keyakinan dan kepercayaan yang dia yakini yang
didasarkan pada agamanya.misal: Dalam agama islam bahwa Tuhan itu maha pengasih
dan penyayang keyakinan dan kepercayaan
yang dia yakini,maka dalam hal tersebut seseorang tidak boleh minder,dia brespestasi
dan melanjutkan sekolah di SMU faforit di jakarta tapi kehidupanya miskin,yang
membuatnya minder tidak semangat karena kehidupanya yang dia alami itu berbeda
dengan yang didesa.Semua teman-temanya di SMU jakarta adalah orang kaya,dan
teman-temanya yang kaya tidak mempedulikan dia.Namun dalam keyakinan agama
bahwa”Tuhan itu tidak membeda-bedakan umatnya mana yang kaya dan mana yang
miskin semua itu sama dalam pandangan Tuhan yang membedakan adalah
ketaqwaan,ilmu yang dia miliki”.Hal ini akan membuat Alex menjadi termotivasi
semangatnya dan terus berprestasi demi tujuanya yang ingin dicapai,bahwa dalam
agama”Tuhan itu tidak akan merubah nasib seseorang kalau seseorang tidak mau
merubah nasibnya,bukankah pepatah telah mengatakan ada kemauan pasti ada jalan”.Jika
dia tidak minder dan terus semangat demi tujuanya agar dapat merubah hidupnya
menjadi lebih baik,maka Tuhan akan merubah nasibnya menjadi lebih baik.[1]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Menurut Djumhur dalam bukunya yang berjudul : Bimbingan dan Penyukuhan
diSekolah pengertian bimbingan mempunyai batasan sebagai
berikut:
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
siswa atau individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya
dan bertindak wajar sesuai dengan dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga
dan masyarakat. Dengan demikian dia
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.”
Hal ini coba diterapkan pada siswa yang
mengalami hambatan dalam proses belajar dalam kasus ini adalah Alex siswa kelas
satu SMU faforit di Jakarta. Alex berasal
dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa
pedalaman Pecangaan,setamat SLTP ia melanjutkan di SMU faforit dijakarta disisi
lain ia bangga karena dia orang kampung bisa sekolah di SMU faforit Jakarta dan
disisi lain ia minder karena pemahaman yang keliru karena dia bukanlah orang
kaya tidak seperti teman-temanya.akhirnya cemas dan ragu-ragu sehingga nilainya
turun dan ragu-ragu apakah bisa naik kelas ataukah tidak.
Memahami
Alex dalam prespektif rasional emotif. Alex sebetulnya terlahir dengan potensi
unggul,ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh
pikiran/perasaan irasional,ia telah menempatkan harga diri pada konsep atau kepercayaan
yang salah yaitu jika kaya,semua teman memperhatikan atau mendukung,peduli dan
lain-lain dan itu semua tidak ada atau didapatkan sejak di SMU,sampai pada
akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta
mengisolir dirinya sendiri.Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara
tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman
lingkungannya.Ia menjadi minder,pemalu,penakut dan akhirnya ragu-ragu tentang
keberhasilan atau prestasinya kelak yang menurun sebetulnya tidak perlu
terjadi.
Tujuan dan teknik
konseling. Jika pemikiran Alex yang tidak logis atau realistis (Tentang konsep
dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan
mengubahnya.Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran
irasional Alex yang melatar-belakangi ketakutan atau kecematannya yaitu konsep
dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain.
Spiritual agama dalam konseling. Spiritaul
agama dalam konseling kasus Alex adalah bahwa pendekatan tentang kasus tersebut
dapat didasarkan pada agamanya.agama mempunyai peran yang sangat penting untuk
mengubah perilaku Alex karena keyakinan dan kepercayaan yang dia yakini yang
didasarkan pada agamanya. dalam keyakinan agama bahwa”Tuhan itu tidak
membeda-bedakan umatnya mana yang kaya dan mana yang miskin semua itu sama
dalam pandangan Tuhan yang membedakan adalah ketaqwaan,ilmu yang dia
miliki”.Hal ini akan membuat Alex menjadi termotivasi semangatnya dan terus
berprestasi demi tujuanya yang ingin dicapai,bahwa dalam agama”Tuhan itu tidak
akan merubah nasib seseorang kalau seseorang tidak mau merubah
nasibnya,bukankah pepatah telah mengatakan ada kemauan pasti ada jalan”.Jika
dia tidak minder dan terus semangat demi tujuanya agar dapat merubah hidupnya
menjadi lebih baik,maka Tuhan akan merubah nasibnya menjadi lebih baik.
B.Saran
Demikian makalah ini kami buat,apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah kami buka kritikanya demi penyempurnaan
makalah ini.Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di
Berbagai Institusi, Satya Wacana Semarang.
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment