Friday, June 5, 2015

ALAM DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH
ALAM DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Khalimatus Sya’diyah M.Pd.I




Disusun Oleh :

May jannatunna’im              : 211082
Nur Afiyanti                          : 211108
Abdur Rouf                           : 212161
 

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2015




KATA PENGANTAR
Puja-puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Alam dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang mengampu “Filsafat Pendidikan Islam“ dan teman - teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman. Amin.







Jepara, 20 April 2015

Kelompok 4


DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar .....................................................................................................   ii
Daftar Isi ..............................................................................................................  iii
BAB I             : PENDAHULUAN
A.  Latar belakang ...................................................................................   1
B.  Rumusan Masalah .............................................................................   1
C.  Tujuan Perumusan Masalah ...............................................................   2

BAB II : PEMBAHASAN
A.  Pandangan Islam tentang Alam ......................................................   3
1.    Pengertian Alam .........................................................................   3
2.    Proses Penciptaan Alam .............................................................   3
3.    Tujuan Penciptaan Alam Semesta ..............................................   6
4.    Fungsi Dan Kedudukan Alam Semesta .....................................   7
B.  Kontekstualisasi Filsafat Tentang Alam Terhadap Pendidikan
Islam.................................................................................................   8

BAB III : PENUTUP
A.  Kesimpulan ..................................................................................... 12
B.  Saran ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13








BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang sangat luas, merupakan bangunan yang solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap urusannya.Ia dibangun dengan satu cara, mulai dari mulai bagian-bagiannya yang paling terkecil hingga unit-unitnya yang paling besar. [1]
Allah menciptakan alam semesta ini adalah untuk kepentingan kita sebagai  manusia. Dalam konsep filsafat Islam, alam semesta adalah wujud atau eksistensi tuhan. Dalam kehidupan ini, dan mencerminkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT.Alam dilihat oleh islam, yakni bukan hanya dari segi asal usul kejadiannya saja, melainkan dari segi penciptanya, proses penciptaannya, karakteristik, tujuan, dan manfaatnya. Yakni alam diciptakan dengan sungguh-sungguh, memiliki maksud dan tujuan yang dalam dan tidak sia-sia.Sering sekali manusia salah dalam mengambil sikap atau penilaian tentang sesuatu yang terjadi pada alam. Secara sengaja atau tidak sengaja ketidak tahuan manusia akan sifat alam itu sendiri. Berita dan kabar yang selalu terdengar adalah tentang bencana dan kerusakan alam yang kesemua itu tidak pernah tuntas untuk dimengerti oleh manusia yang tinggal di bumi.
Dalam kaitannya dengan dunia Pendidikan, khususnya Pendidikan Islam, alam dan lingkungan adalah faktor yang sungguh-sungguh tak boleh terabaikan.Pendidik Muslim dan orang-orang yang cenderung dengan falsafah pendidikan Islam hendaklah membina pendiriannya berdasarkan pandangan dari inti pengajaran Islam tentang seluruh aspek yang terkait dengan pendidikan. Di sinilah terlihat, pembicaraan mengenai Perspektif Filsafat Pendidikan Islam tentang alam dan lingkungan memiliki relevansi-signifikansi yang kuat.
Dengan mengemukakan beberapa alasan diatas, makalah ini akan membahas bagaimana perspektif pendidikan islam tentang alam secara filosofis dengan mengacu pada isyarat al-Qur’an.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan terdapat rumusan masalah yang akan penulis bahas pada makalah ini yaitu :
1.    Bagaimana pandangan Islam tentang Alam?
2.    Bagaimana kontekstualisasi filsafat tentang Alam terhadap pendidikan islam?

C.  Tujuan Perumusan Masalah
Dari rumusan masalah yang penulis jelaskan diatas dapat diambil tujuan, yaitu:
1.    Agar mahasiswa dan pembaca makalah dapat mengerti dan memahami pandangan islam tentang alam
2.    Agar mahasiswa dan pembaca makalah ini dapat dengan mudah mengerti, memahami, dan mengetahui kontekstualisasi tentang alam terhadap  pendidikan islam.











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pandangan Islam tentang Alam
1.    Pengertian Alam
Kata alam berasal dari bahasa Arab 'a-l-m, satu akar kata dengan ilm (pengetahuan) dan alamat (pertanda). Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda (dapat sebagai pertanda) adanya Sang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Alam sebagai pertanda adanya Pencipta, sejalan dengan pandangan Fazlur Rahman yang menyatakan bahwa alam semesta adalah sebuah pertanda yang menunjukkan kepada sesuatu yang berada di afasnya dan bahwa tanpa sesuatu itu alam semesta beserta sebab-sebab alamiahnya tidak pernah ada.
Kaum teolog mendefinisikan alam ialah segala sesuatu selain Allah. Kaum filosof mendefinisikan alam sebagai kumpulan jauhar yang tersusun dari maddat (materi) dah shurat (bentuk) yag ada di bumi dan di langit. Sedangkan di dalam Al-Quran kata alamin bermakna kumpulan yag sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal.[2]
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam adalah segala sesuatu yang selain Allah, atau segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Menurut islam alam raya bukan hanya planit-planit, nabatiyat, hayawaniyat, dan insaniyat, melainkan juga alam ghaibat, seperti alam akhirat, alam kubur, surga, neraka dan lain-lain.[3]
2.    Proses Penciptaan Alam
Dalam proses penciptaannya, Al-Qur’an mengatakan bahwa pada mulanya langit dan bumi adalah satu kesatuan (gumpalan), lalu gumpalan tersebut dipecah dan pecahan-pecahan tersebut berekspansi dan saling menjauh yang selanjutnya membentuk planit-planit dan segenap benda-benda alam lainnya. Hal ini dinyatakan dalam ayat:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù (
 $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sãƒ﴿الانبياء : .۳﴾
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pecahkan antara keduanya, dan kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup, mengapa mereka tidak beriman”(QS. Al-Ambiya’, 21:30)

Dari pernyataan Al-Qur’an diatas selanjutnya membawa pada teori ledakan besar (Big Bang). Selain itu Al-Qur’an mengatakan bahwa jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia berkata pada sesuatu itu, jadilah, lalu jadilah.
Pada ayat lain Allah manciptakan tujuh lapis langit dan bumi dalam waktu enam hari. Allah berfirman :
ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& ¢OèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# (
 $tB Nä3s9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB <cÍ<ur Ÿwur ?ìÏÿx© 4 Ÿxsùr& tbr㍩.xtFs? ﴿السجدة :٤﴾
“Allah yang menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam hari, kemudian dia berkuasa atas ‘arsy. Tiada bagi kamu pelindung dan penolong selain dari Dia, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S. As-Sajadah : 4)

Jika langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya diciptakan Tuhan dalam enam hari, maka untuk bumi saja diciptakan oleh tuhan dalam dua hari. Allah berfirman:
ö@è% öNä3§Yάr& tbrãàÿõ3tGs9 Ï%©!$$Î/ t,n=y{ uÚöF{$# Îû Èû÷ütBöqtƒ tbqè=yèøgrBur ÿ¼ã&s! #YŠ#yRr& 4
y7Ï9ºsŒ >u tûüÏHs>»yèø9$# ﴿ فصلت : ۹﴾ 
Katakanlah sesungguhnya apakah kamu mengingkari yang menciptaakan bumi dalam dua hari, dan kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi-NYA? Itulah tuhan alam semesta.”[4]

Demikian juga untuk langit yang berjumlah tujuh tingkat diciptakan oleh tuhan dalam dua hari. Allah berfirman dalam surat Fussilat ayat 12:
£`ßg9ŸÒs)sù yìö7y ;N#uq»yJy Îû Èû÷ütBöqtƒ 4ym÷rr&ur Îû Èe@ä. >ä!$yJy $ydtøBr& 4 $¨Z­ƒyur
uä!$yJ¡¡9$# $u÷R9$# yxŠÎ6»|ÁyJÎ/ $ZàøÿÏmur 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$#  ﴿ فصلت : ۱۲﴾ 
Maka Dia jadikan tujuh langit dalam dua hari, dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya, dan kami hiasi langit dunia dengan bintang-bintang serta pemeliharaannya. Demikian ketentuan yang Maha Kuasa Lagi Maha Mengetahui”.

Adapun mengenai bahan yang dipakai dalam penciptaan langit, dimungkinkan dari asap. Allah berfirman dalam surat Fussilat ayat 11 :
§NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }Édur ×b%s{ߊ tA$s)sù $olm; ÇÚöF|Ï9ur $uÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ﴿ فصلت : ۱۱﴾ 
“kemudian Dia menuju langit dan langit itu berupa asap, lalu Dia berkata pada langit dan bumi: datanglah kamu berdua dengan patuh atau terpaksa, keduanya berkata: kami datang dengan patuh”.[5]
Teori ini agak berdekatan dengan teori filsafat yang menyebutkan dalam sepuluh tahap penciptaan alam semesta. Terlepas dari itu yang dapat dipegangi adalah bahwa penciptaan alam menurut Al-Qur’an terjadi secara berproses, yang dalam proses tersebut Allah SWT. tetap melakukan peran-Nya.

3.    Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Alam semesta tidak diciptakan berdasarkan permainan, Allah berfirman :
$tBur $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ šúüÎ6Ïè»s9 . $tB !$yJßg»oYø)n=yz žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ £`Å3»s9ur öNèduŽsYò2r& Ÿw tbqßJn=ôètƒ   ﴿الدخان : ٣٨-٣۹﴾
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan yang haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”( ad-Dukhan: 38-39 )
Karena alam semesta ini diciptakan oleh Allah "dengan haq" (bi al haq), tidak diciptakan Tuhan secara main-main (la'ab), dan tidak pula secara palsu (bathil), karena bereksistensi benar dan nyata, maka semua bentuk pengalaman didalamnya, termasuk pengalaman hidup manusia, adalah benar dan nyata; ia bisa memberikan kebahagiaan atau kesengsaraan dalam kemungkinan yang sama, tergantung bagaimana menangani pengalaman itu.
Kepada manusia disajikan berbagai anjuran untuk beribadah kepada Allah sekaligus mengesakannya setelah manusia merenungkan makhluk-makhluk ciptaan-NYA.
Di samping itu alam selau memberi manfaat kepada manusia dan ia tidak diciptakan secara sia-sia.  Didalam setiap alam tersebut terkandung khasiat dan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Namun demikian, bahan-bahan yang disediakan oleh alam tersebut merupakan bahan mentah yang perlu diolah dan diproses oleh manusia.Dalam mengolah dan memproses ini manusia terlebih dahulu harus mengenal khasiat dan potensi yang tersedia pada alam tersebut, dan tersedianya pengetahuan, ketrampilan dan teknologi untuk mengolahnya. Berbagai sarana dan peralatan untuk mengolah alam tersebut harus dipikirkan dan dicari oleh manusia dengan mendidik dan melalui kegiatan pendidikan. Allah berfirman:
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# . tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ﴿ال عمران : .۱۹-۱۹۱﴾
Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran, 3;190-191).[6]
4.    Fungsi Dan Kedudukan Alam Semesta
Allah tidak menciptakan alam semesta secra sia-sia. Alam semesta memiliki fungsi dan kedudukan sebagai berikut:
a.    Sebagai bukti kekuasaan Allah SWT
b.    Sebagai sumber kehidupan manusia
c.    Sebagai objek kajian ilmu pengetahuan
d.   Sebagai pendukung ayat-ayat Al-Qur’an
e.    Sebagai bahan perumusan konsep Tauhid

B.  Kontekstualisasi Filsafat Tentang Alam Terhadap Pendidikan Islam
Al-Qur'an mendorong manusia untuk mengadakan rihlah keilmuan di atas bumi mengamati makhluk-makhluk yang ada di alam semesta, serta mengkaji dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah yang ada di bumi dan di langit ataupun di antara keduanya serta berbagai model interaksi nya, sehingga dengan mengetahui semuanya itu akan dapat memperkokoh keyakinan akan keagungan Sang Maha Pencipta.dan manusia dapat mengambil manfaat darinya.[7]
Pandangan islam tentang alam semesta menimbulkan berbagai dampak dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah:
1)   Keterkaitan seorang muslim dengan pencipta alam semesta melalui tujuan yang paling tinggi, yaitu beribadah kepada Allah.
2)   Mendidik manusia supaya bersungguh-sungguh karena seluruh semesta ini diciptakan diatas landasan kebenaran dan diciptakan untuk tujuan tertentu serta masa yang ditentukan disisi Allah, bukan untuk main-main atau senda gurau.
Dalam mendidik manusia, Al-Qur’an memiliki dua prinsip ilmiah, yaitu:
a)    Berulangnya berbagai kejadian semesta melalui sunnah yang ditetapkan Allah. Dia yang maha agung dan maha tinggi berkuasa mengubah sunnah itu jika Dia kehendaki. Prinsip itu merupakan dasar landsan berfikir ilmiah, dengan landasan itu manusia bereksploitasi dan berkreasi dalam segala fenomena peradaban.
b)   Sesungguhnya sunnah-sunnah semesta dengan segala kejadian, fenomena, dan wujudnya, mulai dari yang berupa atom hingga yang terbesar, merupakan ciptaan Allah yang diturunkan sesuai dengan kadarnya, tidak lebih dan tidak kurang. Tidak ada satupun perkara yang melampaui batasan-Nya. Prinsip tersebut telah diambil para ilmuan muslim dari Al-Qur’an dan dikembangkan dalam ilmu pengetahuan alam. Prinsip inilah yang menunjukkan logika yang ilmiah. Dengan demikian kita dapat mengembangkan akal secara cermat dan mengambil segala sesuatu berdasarkan analogi.

Agama islam adalah agama yang istimewa, melalui pengarahan bahwa manusia telah diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengelola alam semesta, islam menyuruh manusia untuk memanfaatkan potensi alam ini. Allah telah menakhlukkan alam semesta ini bagi manusia. Allah berfirman:
t¤yur ãNà6s9 Ÿ@ø©9$# u$yg¨Y9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( ãPqàfZ9$#ur 7Nºt¤|¡ãB ÿ¾Ín̍øBr'Î/ 3 žcÎ) Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcqè=É)÷ètƒ .   $tBur r&usŒ öNà6s9 Îû ÇÚöF{$# $¸ÿÎ=tFøƒèC ÿ¼çmçRºuqø9r& 3 žcÎ) Îû šÏ9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcr㍞2¤tƒ  . uqèdur Ï%©!$# t¤y tóst7ø9$# (#qè=à2ù'tGÏ9 çm÷ZÏB $VJóss9 $wƒÌsÛ (#qã_̍÷tGó¡n@ur çm÷YÏB ZpuŠù=Ïm $ygtRqÝ¡t6ù=s? ts?ur šù=àÿø9$# tÅz#uqtB ÏmŠÏù (#qäótFö7tFÏ9ur ÆÏB ¾Ï&Î#ôÒsù öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±s? ÇÊÍÈ   4s+ø9r&ur Îû ÇÚöF{$# źuru br& yÏJs? öNà6Î/ #\»pk÷Xr&ur Wxç7ßur öNà6¯=yè©9 tbrßtGöhs? ÇÊÎÈ   ;M»yJ»n=tæur 4 ÄNôf¨Z9$$Î/ur öNèd tbrßtGöku ÇÊÏÈ   `yJsùr& ß,è=øƒs `yJx. žw ß,è=øƒs 3 Ÿxsùr& šcr㍞2xs? ÇÊÐÈ   bÎ)ur (#rãès? spyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) ©!$# Öqàÿtós9 ÒOÏm§ ÇÊÑÈ  
“dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya). Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu dibumi ini dengan berlain-lain macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu). Agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung dibumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu dapat petunjuk.Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan).Dan dengan bintang-bintang itulahmereka mendapat petunjuk. Maka, apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.Sesungguhnya Allah benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS. An-Nahl: 12-18)
Ayat diatas mendorong manusia untuk melembutkan hati, memuji Allah, mensyukuri nikmat Allah, bertasbih kepada Allah dan bertauhid kepada Allah, serta mampu mendidik daya afeksi dan emosional manusia untuk tunduk kepada Allah. Selain itu, melalui ayat tersebut akal manusia terdidik untuk terbiasa dalam kondisi ilmiah dalam mengolah potensi alam untuk kesejahteraan manusia.
Al-Qur’an telah mendidik manusia dalam pemanfaatan alam semesta melalui cara yang tidak menyesatkan atau melampaui batas. Melalui pendidikan islam, manusia dididik untuk memanfaatkan alam semesta sesuai dengan perintah dan batas-batas syariat-Nya. Allah tidak mentoleransi kezhaliman dan permusuhan.Bahkan Dia menyeru kepada manusia untuk saling mengasihi, dan saling bertanggung jawab. Jika manusia mengingat Allah dalam segala perilaku, perbuatan, dan dalam pemanfaatan segala fasilitas hidup, manusia akan terhindar dari kedurhakaan, permusuhan, kerusakan, dan kebohongan.[8]

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam adalah segala sesuatu yang selain Allah, atau segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Menurut islam alam raya bukan hanya planit-planit, nabatiyat, hayawaniyat, dan insaniyat, melainkan juga alam ghaibat, seperti alam akhirat, alam kubur,surga, neraka dan lain-lain.
Dalam proses penciptaannya, Al-Qur’an mengatakan bahwa pada mulanya langit dan bumi adalah satu kesatuan (gumpalan), lalu gumpalan tersebut dipecah dan pecahan-pecahan tersebut berekspansi dan saling menjauh yang selanjutnya membentuk planit-planit dan segenap benda-benda alam lainnya. Didalam setiap alam tersebut terkandung khasiat dan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia.Namun demikian, bahan-bahan yang disediakan oleh alam tersebut merupakan bahan mentah yang perlu diolah dan diproses oleh manusia. Dalam mengolah dan memproses ini manusia terlebih dahulu harus mengenal khasiat dan potensi yang tersedia pada alam tersebut, dan tersedianya pengetahuan, ketrampilan dan teknologi untuk mengolahnya.Berbagai sarana dan peralatan untuk mengolah alamtersebut harus dipikirkan dan dicari oleh manusia dengan mendidik dan melalui kegiatan pendidikan.

B.     Saran
Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam makalah masih banyak kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik  penulis harapkan demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA

Allam, Ahmad Khalid dkk., 2005.  Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta: Gema Insan

Zar, Sirajuddin. 1994. Konsep Penciptaan Alam, Dalam Pemikiran Sains dan Al-Qur’an. Jakarta: PT Grafindo Persada

Nata, Abuddin.  2012. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT Grafindo Persada

Asy’arie, Musa.2002. Filsafat Islam. Yogyakarta: LESFI
Taufik, Muhammad. Perspektif Filsafat Pendidikan Islam; https://www.google.co.id/search?q=pdf+alam+menurut+perspektif+islam  (Jumat 17 April 2015: 10.24 WIB)

An-Nahlawi, Abdurrahman. 2004. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani




[1] Ahmad Khalid Allam, dkk, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.243
[2] Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam, dalam Pemikiran Sains dan Al-Qur’an. (Jakarta: PT Grafindo Persada. 1994), hlm.20
[3] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), hlm.105
[4] Musa Asy’arie, Filsafat Islam, (Yogyakarta: LESFI, 2002), hlm. 198
[5]Ibid. hlm.199
[6]Abuddin Nata., Op.cit, hlm.112
[7]Muhammad Taufik, Perspektif Filsafat Pendidikan Islam; https://www.google.co.id/search?q=pdf+alam+menurut+perspektif+islam (Jumat 17 April 2015: 10.24 WIB)
[8]Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 54

No comments:

Post a Comment

Jina wajina lirik

 Jina wajina