MAKALAH
ALAM DALAM TINJAUAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Khalimatus Sya’diyah M.Pd.I
Disusun Oleh :
May
jannatunna’im : 211082
Nur
Afiyanti : 211108
Abdur
Rouf : 212161
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puja-puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Alam dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam”
Tidak
lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang mengampu “Filsafat
Pendidikan Islam“ dan teman - teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan teman- teman. Amin.
Jepara,
20 April 2015
Kelompok
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang ................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................. 1
C.
Tujuan
Perumusan Masalah ............................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pandangan
Islam tentang Alam ...................................................... 3
1.
Pengertian
Alam ......................................................................... 3
2.
Proses
Penciptaan Alam ............................................................. 3
3.
Tujuan
Penciptaan Alam Semesta .............................................. 6
4.
Fungsi
Dan Kedudukan Alam Semesta ..................................... 7
B.
Kontekstualisasi
Filsafat Tentang Alam Terhadap Pendidikan
Islam................................................................................................. 8
BAB III :
PENUTUP
A.
Kesimpulan
..................................................................................... 12
B.
Saran
............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang sangat luas,
merupakan bangunan yang solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata
rapi dalam setiap urusannya.Ia dibangun dengan satu cara, mulai dari mulai
bagian-bagiannya yang paling terkecil hingga unit-unitnya yang paling besar. [1]
Allah menciptakan alam semesta ini adalah untuk kepentingan kita
sebagai manusia. Dalam konsep filsafat Islam,
alam semesta adalah wujud atau eksistensi tuhan. Dalam kehidupan ini, dan
mencerminkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT.Alam dilihat oleh islam, yakni bukan hanya
dari segi asal usul kejadiannya saja, melainkan dari segi penciptanya, proses
penciptaannya, karakteristik, tujuan, dan manfaatnya. Yakni alam diciptakan
dengan sungguh-sungguh, memiliki maksud dan tujuan yang dalam dan tidak sia-sia.Sering
sekali manusia salah dalam mengambil sikap atau penilaian tentang sesuatu yang
terjadi pada alam. Secara sengaja atau tidak sengaja ketidak tahuan manusia
akan sifat alam itu sendiri. Berita dan kabar yang selalu terdengar adalah tentang
bencana dan kerusakan alam yang kesemua itu tidak pernah tuntas
untuk dimengerti oleh manusia yang tinggal di bumi.
Dalam
kaitannya dengan dunia Pendidikan, khususnya Pendidikan Islam, alam dan
lingkungan adalah faktor yang sungguh-sungguh tak boleh terabaikan.Pendidik Muslim
dan orang-orang yang cenderung dengan falsafah pendidikan Islam hendaklah
membina pendiriannya berdasarkan pandangan dari inti pengajaran Islam tentang
seluruh aspek yang terkait dengan pendidikan. Di
sinilah terlihat, pembicaraan mengenai Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
tentang alam dan lingkungan memiliki relevansi-signifikansi yang kuat.
Dengan
mengemukakan beberapa alasan diatas, makalah ini akan membahas bagaimana
perspektif pendidikan islam tentang alam secara filosofis dengan mengacu pada
isyarat al-Qur’an.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang penulis paparkan terdapat rumusan masalah yang akan penulis
bahas pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana pandangan Islam tentang Alam?
2. Bagaimana kontekstualisasi filsafat tentang Alam terhadap pendidikan
islam?
C.
Tujuan Perumusan Masalah
Dari rumusan masalah yang penulis jelaskan diatas dapat diambil
tujuan, yaitu:
1.
Agar
mahasiswa dan pembaca makalah dapat mengerti dan memahami pandangan islam
tentang alam
2.
Agar
mahasiswa dan pembaca makalah ini dapat dengan mudah mengerti, memahami, dan
mengetahui kontekstualisasi tentang alam terhadap pendidikan islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pandangan Islam tentang Alam
1.
Pengertian
Alam
Kata
alam berasal dari bahasa Arab 'a-l-m, satu akar kata dengan ilm
(pengetahuan) dan alamat (pertanda). Disebut demikian karena jagad
raya ini adalah pertanda (dapat sebagai pertanda) adanya Sang Maha Pencipta,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Alam sebagai pertanda adanya Pencipta, sejalan
dengan pandangan Fazlur Rahman yang menyatakan bahwa alam semesta adalah sebuah
pertanda yang menunjukkan kepada sesuatu yang berada di afasnya dan
bahwa tanpa sesuatu itu alam semesta beserta sebab-sebab alamiahnya tidak
pernah ada.
Kaum
teolog mendefinisikan alam ialah segala sesuatu selain Allah. Kaum filosof
mendefinisikan alam sebagai kumpulan jauhar yang tersusun dari maddat (materi)
dah shurat (bentuk) yag ada di bumi dan di langit. Sedangkan di dalam
Al-Quran kata alamin bermakna kumpulan yag sejenis dari makhluk Tuhan
yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal.[2]
Dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam adalah segala sesuatu yang selain Allah, atau
segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Menurut islam alam raya bukan hanya
planit-planit, nabatiyat, hayawaniyat, dan insaniyat, melainkan
juga alam ghaibat, seperti alam akhirat, alam kubur, surga, neraka dan lain-lain.[3]
2. Proses
Penciptaan Alam
Dalam
proses penciptaannya, Al-Qur’an mengatakan bahwa pada mulanya langit dan bumi
adalah satu kesatuan (gumpalan), lalu gumpalan tersebut dipecah dan
pecahan-pecahan tersebut berekspansi dan saling menjauh yang selanjutnya membentuk
planit-planit dan segenap benda-benda alam lainnya. Hal ini dinyatakan dalam
ayat:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u‘ $yJßg»oYø)tFxÿsù (
$oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sãƒ﴿الانبياء
: .۳﴾
“Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pecahkan antara keduanya,
dan kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup, mengapa mereka tidak
beriman”(QS. Al-Ambiya’, 21:30)
Dari
pernyataan Al-Qur’an diatas selanjutnya membawa pada teori ledakan besar (Big
Bang). Selain itu Al-Qur’an mengatakan bahwa jika Allah menghendaki
sesuatu, maka ia berkata pada sesuatu itu, jadilah, lalu jadilah.
Pada
ayat lain Allah manciptakan tujuh lapis langit dan bumi dalam waktu enam hari.
Allah berfirman :
ª!$# “Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& ¢OèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸöyèø9$# (
$tB Nä3s9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB <c’Í<ur Ÿwur ?ì‹Ïÿx© 4 Ÿxsùr& tbrã©.x‹tFs? ﴿السجدة
:٤﴾
“Allah
yang menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam
hari, kemudian dia berkuasa atas ‘arsy. Tiada bagi kamu pelindung dan penolong
selain dari Dia, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S. As-Sajadah : 4)
Jika
langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya diciptakan Tuhan dalam
enam hari, maka untuk bumi saja diciptakan oleh tuhan dalam dua hari. Allah
berfirman:
ö@è% öNä3§Yάr& tbrãàÿõ3tGs9 “Ï%©!$$Î/ t,n=y{ uÚö‘F{$# ’Îû Èû÷ütBöqtƒ tbqè=yèøgrBur ÿ¼ã&s! #YŠ#y‰Rr& 4
y7Ï9ºsŒ >u‘ tûüÏHs>»yèø9$# ﴿
فصلت : ۹﴾
“Katakanlah sesungguhnya apakah kamu
mengingkari yang menciptaakan bumi dalam dua hari, dan kamu menjadikan
sekutu-sekutu bagi-NYA?
Itulah tuhan alam semesta.”[4]
Demikian
juga untuk langit yang berjumlah tujuh tingkat diciptakan oleh tuhan dalam dua
hari. Allah berfirman dalam surat Fussilat ayat 12:
£`ßg9ŸÒs)sù yìö7y™ ;N#uq»yJy™ ’Îû Èû÷ütBöqtƒ 4‘ym÷rr&ur ’Îû Èe@ä. >ä!$yJy™ $ydtøBr& 4 $¨Zƒy—ur
uä!$yJ¡¡9$# $u‹÷R‘‰9$# yxŠÎ6»|ÁyJÎ/ $ZàøÿÏmur 4 y7Ï9ºsŒ ãƒÏ‰ø)s? Í“ƒÍ“yèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ﴿
فصلت : ۱۲﴾
“Maka Dia jadikan tujuh langit dalam
dua hari, dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya, dan kami hiasi
langit dunia dengan bintang-bintang serta pemeliharaannya. Demikian ketentuan
yang Maha Kuasa Lagi Maha Mengetahui”.
Adapun
mengenai bahan yang dipakai dalam penciptaan langit, dimungkinkan dari asap.
Allah berfirman dalam surat Fussilat ayat 11 :
§NèO #“uqtGó™$# ’n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }‘Édur ×b%s{ߊ tA$s)sù $olm; ÇÚö‘F|Ï9ur $u‹ÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ﴿
فصلت : ۱۱﴾
“kemudian
Dia menuju langit dan langit itu berupa asap, lalu Dia berkata pada langit dan
bumi: datanglah kamu berdua dengan patuh atau terpaksa, keduanya berkata: kami datang
dengan patuh”.[5]
Teori
ini agak berdekatan dengan teori filsafat yang menyebutkan dalam sepuluh tahap
penciptaan alam semesta. Terlepas dari itu yang dapat dipegangi adalah bahwa
penciptaan alam menurut Al-Qur’an terjadi secara berproses, yang dalam proses
tersebut Allah SWT. tetap melakukan peran-Nya.
3.
Tujuan
Penciptaan Alam Semesta
Alam semesta tidak diciptakan berdasarkan permainan, Allah
berfirman :
$tBur $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ šúüÎ6Ïè»s9 . $tB !$yJßg»oYø)n=yz žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ £`Å3»s9ur öNèduŽsYò2r& Ÿw tbqßJn=ôètƒ ﴿الدخان : ٣٨-٣۹﴾
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan
dengan yang haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”( ad-Dukhan:
38-39 )
Karena
alam semesta ini diciptakan oleh Allah "dengan haq" (bi al haq),
tidak diciptakan Tuhan secara main-main (la'ab), dan tidak pula secara palsu (bathil),
karena bereksistensi benar dan nyata, maka semua bentuk pengalaman didalamnya,
termasuk pengalaman hidup manusia, adalah benar dan nyata; ia bisa memberikan kebahagiaan
atau kesengsaraan dalam kemungkinan yang sama, tergantung
bagaimana menangani pengalaman itu.
Kepada manusia disajikan berbagai anjuran untuk beribadah kepada
Allah sekaligus mengesakannya setelah manusia merenungkan makhluk-makhluk
ciptaan-NYA.
Di samping itu alam selau memberi manfaat kepada manusia dan ia tidak
diciptakan secara sia-sia. Didalam
setiap alam tersebut terkandung khasiat dan manfaat yang luar biasa bagi
kehidupan manusia. Namun demikian, bahan-bahan yang disediakan oleh alam tersebut
merupakan bahan mentah yang perlu diolah dan diproses oleh manusia.Dalam
mengolah dan memproses ini manusia terlebih dahulu harus mengenal khasiat dan potensi
yang tersedia pada alam tersebut, dan tersedianya pengetahuan, ketrampilan dan
teknologi untuk mengolahnya. Berbagai sarana dan peralatan untuk mengolah alam tersebut
harus dipikirkan dan dicari oleh manusia dengan mendidik dan melalui kegiatan
pendidikan. Allah berfirman:
cÎ) ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í‘$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy ’Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# . tûïÏ%©!$# tbrãä.õ‹tƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4’n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtƒur ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur $uZ/u‘ $tB |Mø)n=yz #x‹»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß™ $oYÉ)sù z>#x‹tã Í‘$¨Z9$# ﴿ال عمران : .۱۹-۱۹۱﴾
“Sesungguhnya
dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”.
(QS. Ali Imran, 3;190-191).[6]
4.
Fungsi
Dan Kedudukan Alam Semesta
Allah tidak menciptakan alam semesta secra sia-sia. Alam semesta
memiliki fungsi dan kedudukan sebagai berikut:
a.
Sebagai
bukti kekuasaan Allah SWT
b.
Sebagai
sumber kehidupan manusia
c.
Sebagai
objek kajian ilmu pengetahuan
d.
Sebagai
pendukung ayat-ayat Al-Qur’an
e.
Sebagai
bahan perumusan konsep Tauhid
B.
Kontekstualisasi Filsafat Tentang Alam Terhadap Pendidikan Islam
Al-Qur'an
mendorong manusia untuk mengadakan rihlah keilmuan di atas bumi
mengamati makhluk-makhluk yang ada di alam semesta, serta mengkaji dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah yang ada di bumi dan di langit ataupun di
antara keduanya serta berbagai model interaksi nya, sehingga dengan
mengetahui semuanya itu akan dapat memperkokoh keyakinan akan keagungan Sang
Maha Pencipta.dan manusia dapat mengambil manfaat darinya.[7]
Pandangan
islam tentang alam semesta menimbulkan berbagai dampak dalam bidang pendidikan,
diantaranya adalah:
1) Keterkaitan
seorang muslim dengan pencipta alam semesta melalui tujuan yang paling tinggi,
yaitu beribadah kepada Allah.
2) Mendidik
manusia supaya bersungguh-sungguh karena seluruh semesta ini diciptakan diatas
landasan kebenaran dan diciptakan untuk tujuan tertentu serta masa yang
ditentukan disisi Allah, bukan untuk main-main atau senda gurau.
Dalam
mendidik manusia, Al-Qur’an memiliki dua prinsip ilmiah, yaitu:
a) Berulangnya
berbagai kejadian semesta melalui sunnah yang ditetapkan Allah. Dia yang maha
agung dan maha tinggi berkuasa mengubah sunnah itu jika Dia kehendaki. Prinsip
itu merupakan dasar landsan berfikir ilmiah, dengan landasan itu manusia
bereksploitasi dan berkreasi dalam segala fenomena peradaban.
b) Sesungguhnya
sunnah-sunnah semesta dengan segala kejadian, fenomena, dan wujudnya, mulai
dari yang berupa atom hingga yang terbesar, merupakan ciptaan Allah yang
diturunkan sesuai dengan kadarnya, tidak lebih dan tidak kurang. Tidak ada
satupun perkara yang melampaui batasan-Nya. Prinsip tersebut telah diambil para
ilmuan muslim dari Al-Qur’an dan dikembangkan dalam ilmu pengetahuan alam.
Prinsip inilah yang menunjukkan logika yang ilmiah. Dengan demikian kita dapat
mengembangkan akal secara cermat dan mengambil segala sesuatu berdasarkan
analogi.
Agama islam
adalah agama yang istimewa, melalui pengarahan bahwa manusia telah diberi
kekuasaan oleh Allah untuk mengelola alam semesta, islam menyuruh manusia untuk
memanfaatkan potensi alam ini. Allah telah menakhlukkan alam semesta ini bagi
manusia. Allah
berfirman:
t¤‚y™ur ãNà6s9 Ÿ@ø‹©9$# u‘$yg¨Y9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur (
ãPqàf‘Z9$#ur 7Nºt¤‚|¡ãB ÿ¾ÍnÌøBr'Î/ 3
žcÎ) ’Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcqè=É)÷ètƒ . $tBur r&u‘sŒ öNà6s9 †Îû ÇÚö‘F{$# $¸ÿÎ=tFøƒèC ÿ¼çmçRºuqø9r& 3
žcÎ) ’Îû šÏ9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcrãž2¤‹tƒ . uqèdur ”Ï%©!$# t¤‚y™ tóst7ø9$# (#qè=à2ù'tGÏ9 çm÷ZÏB $VJóss9 $wƒÌsÛ (#qã_Ì÷‚tGó¡n@ur çm÷YÏB ZpuŠù=Ïm $ygtRqÝ¡t6ù=s? ”ts?ur šù=àÿø9$# tÅz#uqtB ÏmŠÏù (#qäótFö7tFÏ9ur ÆÏB ¾Ï&Î#ôÒsù öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±s? ÇÊÍÈ 4’s+ø9r&ur ’Îû ÇÚö‘F{$# €†Å›ºuru‘ br& y‰‹ÏJs? öNà6Î/ #\»pk÷Xr&ur Wxç7ß™ur öNà6¯=yè©9 tbr߉tGöhs? ÇÊÎÈ ;M»yJ»n=tæur 4
ÄNôf¨Z9$$Î/ur öNèd tbr߉tGöku‰ ÇÊÏÈ `yJsùr& ß,è=øƒs† `yJx. žw ß,è=øƒs† 3
Ÿxsùr& šcrãž2x‹s? ÇÊÐÈ bÎ)ur (#r‘‰ãès? spyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3
žcÎ) ©!$# Ö‘qàÿtós9 ÒO‹Ïm§‘ ÇÊÑÈ
“dan
Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memahami (Nya). Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu
dibumi ini dengan berlain-lain macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil
pelajaran. Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu). Agar kamu dapat
memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung dibumi supaya bumi itu tidak
goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar
kamu dapat petunjuk.Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan).Dan dengan
bintang-bintang itulahmereka mendapat petunjuk. Maka, apakah (Allah) yang
menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat
Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.Sesungguhnya Allah
benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS. An-Nahl: 12-18)
Ayat diatas mendorong manusia untuk melembutkan hati, memuji Allah,
mensyukuri nikmat Allah, bertasbih kepada Allah dan bertauhid kepada Allah,
serta mampu mendidik daya afeksi dan emosional manusia untuk tunduk kepada
Allah. Selain itu, melalui ayat tersebut akal manusia terdidik untuk terbiasa
dalam kondisi ilmiah dalam mengolah potensi alam untuk kesejahteraan manusia.
Al-Qur’an telah mendidik manusia dalam pemanfaatan alam semesta
melalui cara yang tidak menyesatkan atau melampaui batas. Melalui pendidikan
islam, manusia dididik untuk memanfaatkan alam semesta sesuai dengan perintah
dan batas-batas syariat-Nya. Allah tidak mentoleransi kezhaliman dan
permusuhan.Bahkan Dia menyeru kepada manusia untuk saling mengasihi, dan saling
bertanggung jawab. Jika manusia mengingat Allah dalam segala perilaku,
perbuatan, dan dalam pemanfaatan segala fasilitas hidup, manusia akan terhindar
dari kedurhakaan, permusuhan, kerusakan, dan kebohongan.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam Al-Qur’an
dijelaskan bahwa alam adalah segala sesuatu yang selain Allah, atau segala
sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Menurut islam alam raya bukan hanya
planit-planit, nabatiyat, hayawaniyat, dan insaniyat, melainkan
juga alam ghaibat, seperti alam akhirat, alam kubur,surga, neraka dan lain-lain.
Dalam proses
penciptaannya, Al-Qur’an mengatakan bahwa pada mulanya langit dan bumi adalah
satu kesatuan (gumpalan), lalu gumpalan tersebut dipecah dan pecahan-pecahan
tersebut berekspansi dan saling menjauh yang selanjutnya membentuk
planit-planit dan segenap benda-benda alam lainnya. Didalam setiap alam tersebut terkandung khasiat dan manfaat yang
luar biasa bagi kehidupan manusia.Namun demikian, bahan-bahan yang disediakan
oleh alam tersebut merupakan bahan mentah yang perlu diolah dan diproses oleh
manusia. Dalam
mengolah dan memproses ini manusia terlebih dahulu harus mengenal khasiat dan
potensi yang tersedia pada alam tersebut, dan tersedianya pengetahuan,
ketrampilan dan teknologi untuk mengolahnya.Berbagai sarana dan peralatan untuk
mengolah alamtersebut harus dipikirkan dan dicari oleh manusia dengan mendidik
dan melalui kegiatan pendidikan.
B.
Saran
Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa
dalam makalah masih banyak kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik penulis harapkan demi kesempurnaan makalah di
masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Allam, Ahmad Khalid dkk., 2005. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan
Kehidupan, Jakarta: Gema Insan
Zar,
Sirajuddin. 1994. Konsep Penciptaan Alam, Dalam Pemikiran Sains dan Al-Qur’an. Jakarta: PT Grafindo Persada
Nata, Abuddin. 2012. Pemikiran
Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT Grafindo Persada
Asy’arie,
Musa.2002. Filsafat Islam. Yogyakarta: LESFI
Taufik,
Muhammad. Perspektif Filsafat Pendidikan Islam; https://www.google.co.id/search?q=pdf+alam+menurut+perspektif+islam (Jumat
17 April 2015: 10.24 WIB)
An-Nahlawi, Abdurrahman. 2004. Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani
[1] Ahmad Khalid
Allam, dkk, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, (Jakarta:
Gema Insani, 2005), hlm.243
[2] Sirajuddin Zar, Konsep
Penciptaan Alam, dalam
Pemikiran Sains dan Al-Qur’an. (Jakarta: PT Grafindo Persada.
1994), hlm.20
[3] Abuddin
Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta:
PT Grafindo Persada, 2012), hlm.105
[7]Muhammad Taufik, Perspektif
Filsafat Pendidikan
Islam; https://www.google.co.id/search?q=pdf+alam+menurut+perspektif+islam (Jumat
17 April 2015: 10.24 WIB)
[8]Abdurrahman
An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta:
Gema Insani, 2004), hlm. 54
No comments:
Post a Comment