Saturday, June 6, 2015

KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN

Kewibawaan dalam Pendidikan


Dosen Pengampu
Drs. H. A. Sugiwanto, MM.


 

Disusun Oleh Kelompok 8

      v  Fuad Fahmi Latif (5)
      v  Haryono Ikhsan (6)
      v  Hendro Purnomo (7)
      v  Imam Ghozali (14)
      v  Irvan Sa’dullah (21)

      Tingkat / Progam      : I / SI PAI A.2
      Mata kuliah               : ILMU PENDIDIKAN



Fakultas Tarbiyah
Prodi Pendidikan Agama Islam
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014



KATA PENGANTAR

     Alhamdulillah, Segala puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang meninggikan langit tanpa tiang penyangga, yang menghantarkan bumi tanpa menggantungkan, yang memberi warna kehayatan yang syarat akan ragam dan budaya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW sebagai lentera dunia, penerang jiwa, pengobat qolbu dan pemberi syafa’at sepanjang masa. Semoga rahmat dan do’a beliau terhadap umat-Nya  membawa kita kepada syari’at Islam yang diridhai beliau.
Akhirnya kami dengan puji syukur yang begitu mendalam kepada Allah SWT yang telah memudahkan kami dalam menyusun makalah ini yang berjudul “Kewibawaan Dalam Pendidikan”. Sungguh suatu kerhormatan bagi kami, Karena bahasan ini menjadi sesuatu yang membangkitkan semangat kami.
Terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “Kewibawaan Dalam Pendidikan”. Dan tak lupa kepada Dosen  Drs. H. A. Sugiwanto, MM  yang  telah memberi kesempatan kepada kami untuk mencari dan mengkaji serta membahas materi tersebut yang sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar.
Terakhir tak lupa kepada segenap pembaca yang sekiranya menemukan kejanggalan atau kesalahaan dari makalah ini. Mohon untuk memberikan kritik serta sarannya yang akan kami jadikan perbaikan di masa yang akan datang.
 Mungkin hanya itu kata pengantar dari kami, Atas perhatiannya, Kami ucapkan banyak terima kasih.                                                                       

                                                                                    20 Oktober 2013

                                                                                    Penyusun

                                                                                   



DAFTAR ISI


Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
      B.   Rumusan Masalah
      C.     Tujuan Pengkajian
BAB II PEMBAHASAN
      A.      Pengertian Kewibawaan
      B.  Macam-Macam Kewibawaan
      C.      Alat-alat Kewibawaan dalam pendidikan
      D.   Kewibawaan dan anak didik
BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan
      B.     Saran
      C.     Daftar Pustaka







BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Lapangan pendidikaan merupakan wilayah yang sangat luas, Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan adalah membangun budaya, membangun peradaban, membangun masa depan bangsa. Karena itu, untuk meningkatkan harkat dan martabat sebuah bangsa pada era global ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan meningkatkan kualitas pendidikan maka akan tercipta kesatuan utuh dalam rencana dan gerak langkah pembangunan bangsa di masa depan. Sebab, kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Kualitas pendidikan mesti bersandar pada segenap aspek yang terdapat dalam diri manusia atau warga negara. Dan yang penting disadari ialah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses, sesuatu yang terus diperjuangkan perbaikan dan kemajuannya. Meminjam ungkapan Mendiknas, pendidikan Indonesia adalah sebuah proses pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, yang setidaknya akan termanifestasikan dalam hal, penguasaan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Berbicara tentang pendidikan, kita tidak bisa lepas dari pada tenaga pendidik itu sendiri. Agar bisa menjadi tenaga pendidik yang baik dan profesional. Di samping mempunyai atau memiliki ilmu dan seni dalam mendidik, seorang pendidik itu harus memiliki wibawa (gezag). Di dalam makalah kami akan sedikit mengungkap tentang kewibawaan di dalam pendidikan.




 





      B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
      1.      Pengertian dan fungsi Kewibawaan
      2.   Macam-Macam Kewibawaan
      3.      Alat-alat Kewibawaan dalam pendidikan
      4.   Kewibawaan dan anak didik

      C.    Tujuan kajian
Berdasakan rumusan  masalah yang dijelaskan di atas, maka tujuan kajian yang kami lakukan adalah untuk ;
      1.      Menerangkan pengertian dan fungsi Kewibawaan.
      2.      Mengetahui macam-macam kewibawaan
      3.    Menjelaskan alat-alat kewibawaan dalam pendidikan.
      4.      Menerangkan kewibawaan dan menerapkan efek kewibawaan bagi anak didik.













BAB II
 PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Kewibawaan
Guru sebagai pendidik harus memiliki kewibawaan, baik dalm pembelajaran di dalam kelas ataupun kegiatan di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan. Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang  berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan  atau gezaq terhadap orang itu.  Kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara natural dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabuk, karena terikat oleh kewajiban.
Arti dari kata wibawa itu sendiri biasa disebut sebagai “karisma”. Dengan demikian, kewibawaan pendidik adalah kepatuhan peserta didik secara sadar dan sukarela terhadap nasihat dan peraturan yang ditetapkan baik oleh agama, adat istiadat ,keluarga, pendidikan dan kurikulum. Berikut ini, beberapa definisi lain tentang kewibawaan, antara lain:
                               a). Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan siswa terhadap gurusebagai pendidik yang memberi tuntunan dan nilai-nilai manusiawi. 
                     b).Menurut Charles Schaefer (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yangdilaksanakan dalam suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati, Oleh sebab itu, seorang pendidik diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya.
Dalam situasi dan kondisi masyarakat sekarang kewibawaan sering diartikan sebagai suatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan itu ia dihargai, dihormati, disegani, bahkan ditakuti oleh orang lain atau kelompok masyarakat tertentu. Kelebihan tersebut bisa dari segi ilmu, kepintarannya, kekayaannya, kekuatannya, kecakapannya, sifatnya, dan prilakunya (kepribadiannya).
Pendidikan harus memiliki kewibawaan di mata anak didik, karena anak didik membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan, dan seterusnya dari pendidik, dan pendidik sedia untuk memenuhinya. Pendidik dapat memenuhi kebutuhan anak didiknya sepanjang terjadi hubungan harmonis antara keduanya, sehingga selam itu pula terdapat pengakuan akan adanya kewibawaan pendidik oleh anak didik.
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi patuh dan tunduk kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan di patuhi secara sadar, dengan tidak ada suatu paksaan, dengan tidak merasa diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu
B. Macam-macam Kewibawaan
ada 2 macam kewibawaan :
1.Position Power
            Kewibawaan seorang pendidik yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan forma
     2. Personal Power
            Kewibawaan seorang  pendidik yang menimbulkan kesadaran peserta didik untuk menerima kewibawaannya karena di rasakan benar dan baik.
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dalam dirinya terhadap anak didik. Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) menghindari penggunaan penguasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata didasarkan kepada unsur wewenang jabatan. Kewibawaan merupakan suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas pengaruh tersebut.



      C.    Menjalankan alat-alat Kewibawaan dalam  Pendidikan
Kewibawaan pendidikan yang dimaksud adalah yang menolong dan memimpin anak ke arah kedewasaan atau kemandirian. Oleh karena itu, penggunaan kewibawaan oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya perlu didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:
  1. Dalam menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak sebagai pribadi. Pendidik atau guru hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan anak yang belum selesai perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik, anak dibawa ke arah kesanggupan menggunakan tenaganya dan pembawaanya yang tepat. Wibawa pendidikan itu bukan bertugas memerintah, melainkan mengamat-amati serta memperhatikan dan menyesuaikannya kepada perkembangan dan kepribadian masing-masing anak.
  2. Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atau berinisiatif sendiri. Kesempatan atau keleluasaan itu hendaknya makin lama makin diperluas, sesuai dengan perkembangan dan bertambahnya usia anak. Anak harus diberi kesempatan cukup untuk melatih diri untuk bersikap patuh, karena si anak dapat bersikap tidak patuh. Jadi dengan wibawa itu hendaklah pendidik berangsur-angsur mengundurkan diri sehingga akhirnya tidak diperlukan lagi. Mendidik anak berarti mendidik untuk dapat berdiri sendiri (mandiri).
  3. Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaannya atas dasar cinta kepada anak. Ini berarti berbuat sesuatu untuk kepentingan si anak, bukannya memerintah atau melarang untuk kepentingannya sendiri. Cinta itu perlu bagi pekerjaan mendidik, sebab dari cinta dan kasih sayang itulah timbul kesanggupan selalu bersedia berkorban untuk sang anak, selalu memperhatikan kebahagiaan anak yang sejati. 

      D.     Kewibawaan dan Anak didik
Dalam melakukan  kewibawaan sipendidik mempersatukan dirinya dengan yang dididik, juga yang dididik mempersatukan dirinya terhadap pendidiknya. Identifikasi mengandung arti bahwa:
  1. Si pendidik mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan kebahagiaan si anak. Ia berbuat untuk anak, karena anak belum dapat berbuat sendiri. Ia memilih untuknya, jadi untuk anaknya itulah ia mengambil tanggung jawab yang semestinya menjadi tanggung jawab si anak sendiri. Jadi sipendidik akan mewakili kata hati anak didiknya untuk sementara. Sipendidik memilih, mempertimbangkan dan memutuskan untuk anak didiknya. Hal demikian dapat dipertanggung jawabkan, dan memang perlu selama si anak belum dapat memilih, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk dirinya. Tetapi lambat laun campur tangan orang tua atau pendidik harus makin berkurang.
  2. Si anak mengidentifikasikan dirinya terhadap pendidiknya. Identifikasi anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh tentu saja berlain-lain menurut perkembangan umurnya, menurut pengalamannya.
Ada dua cara mengidentifikasi oleh anak:
  1. Ia dapat sama sekali melenyapkan dirinya menurut sempurna, tidak menentang perintah dan larangan dilakukan secara pasif saja. Bahayanya adalah di dalam diri anak tidak tumbuh kesadaran akan norma-norma, sehingga ia tidak akan mungkin sampai pada tingkatan ”Penentuan Sendiri”.
  2. Karena ikatan dengan sang pemegang wibawa (pendidik) terlalu kuat-erat, sehingga merintangi perkembangan “AKU” anak itu. Tetapi ikatan yang sangat erat itu dapat menimbulkan usaha yang sangat aktif untuk mencapai persamaan dengan pendidiknya, berbuat sesuai dengan yang diharapkan dari pendidiknya, atau si anak ingin menjadi sang pemegang “wibawa” itu.
Anak yang menurut dapat memberikan gambaran seakan-akan kita mencapai hasil baik dalam pendidikan.  Akan tetapi harus diingat bahwa si anak harus kita didik tidak saja dengan hak, melainkan dengan kewajiban membawa dirinya ke suatu tingkatan untuk dapat makin mandiri. Identifikasi si anak terhadap orang tua atau pendidik lambat laun harus dilepaskan dari sifat perseorangan dan harus ditujukan kepada norma-normanya.
Identifikasi pada diri seorang anak mulanya tertuju kepada diri pribadi pendidiknya, kemudian tertuju kepada nilai-nilai dan norma-normanya. Kelak ia lebih melepaskan diri lagi dari pendidiknya dan lebih lagi menunjukkan dirinya kepada nilai dan norma-norma itu. Jelas bahwa fungsi kewibawaan dalam pendidikan ialah membuat si anak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.


BAB III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
Adapun metode kewibawaan itu di adopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang  berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan  atau gezaq terhadap orang itu. 
fungsi wibawa pendidikan adalah membawa si anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankan dari apa yang telah diperolehnya.
ada 2 macam kewibawaan :
1.Position Power (kewibawaan yang timbul dari jabatan)
2.Personal Power (kewibawaan seorang pendidik yang menimbulkan kesadaran peserta     didik untuk menerima kewibawaannya karena di rasakan benar dan baik).
Jadi bila anak didik dapat mengimplementasikan dari nilai-nilai kewibawaan, maka secara sadar dan tidak ada unsur paksaan ia akan tunduk dan patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.

      B.     Saran
Kewibawaan yang ada bagi seorang pendidik adalah sangat diperlukan agar seorang anak didik dapat melaksanakan tugas yang diberikannya. Dan anak didik dapat menjalankan itu semua, manakala kewibawaan seorang pendidik itu diikuti dengan tingkah laku atau tauladan  pendidik itu sendiri.










DAFTAR PUSTAKA
             
Buku:
Drs. Uyoh Sadullah, M.pd. dkk. 2011,PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik) Alfabeta, Bandung
Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarya: Nuansa Aksara
Yunus, Firdaus M.
2004. Pendidikan Berbasis Realita. Yogyakarta: Lagung Pustaka
Al-Abrasyi,
 M Athiyah. 2001. Dasar-Dasar Pendidikan.. Jakarta: Bulan Bintang
Purwanto
, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya
      G:\dokumenku\Kewibawaan Guru _ Nyuy87's Blog.htm









No comments:

Post a Comment

Jina wajina lirik

 Jina wajina