Kewibawaan dalam Pendidikan
Dosen Pengampu
Drs. H.
A. Sugiwanto, MM.

Disusun Oleh Kelompok 8
v Fuad Fahmi Latif (5)
v Haryono Ikhsan (6)
v Hendro Purnomo (7)
v Imam Ghozali (14)
v Irvan Sa’dullah (21)
Tingkat / Progam : I / SI PAI A.2
Mata kuliah :
ILMU PENDIDIKAN
Fakultas Tarbiyah
Prodi Pendidikan Agama Islam
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Segala puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
meninggikan langit tanpa tiang penyangga, yang menghantarkan bumi tanpa
menggantungkan, yang memberi warna kehayatan yang syarat akan ragam dan budaya.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW
sebagai lentera dunia, penerang jiwa, pengobat qolbu dan pemberi syafa’at
sepanjang masa. Semoga rahmat dan do’a beliau terhadap umat-Nya membawa kita kepada syari’at Islam yang diridhai
beliau.
Akhirnya kami dengan puji syukur yang begitu mendalam kepada
Allah SWT yang telah memudahkan kami dalam menyusun makalah ini yang berjudul “Kewibawaan Dalam Pendidikan”. Sungguh suatu
kerhormatan bagi kami, Karena bahasan ini menjadi sesuatu yang membangkitkan
semangat kami.
Terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini yang berjudul “Kewibawaan
Dalam Pendidikan”. Dan tak lupa kepada Dosen Drs. H. A.
Sugiwanto, MM yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk
mencari dan mengkaji serta membahas materi tersebut yang sangat penting dalam
kegiatan belajar-mengajar.
Terakhir tak lupa kepada segenap pembaca yang sekiranya
menemukan kejanggalan atau kesalahaan dari makalah ini. Mohon untuk memberikan
kritik serta sarannya yang akan kami jadikan perbaikan di masa yang akan datang.
Mungkin hanya itu kata
pengantar dari kami, Atas perhatiannya, Kami ucapkan banyak terima kasih.
20
Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B.
Rumusan Masalah
C. Tujuan Pengkajian
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kewibawaan
B. Macam-Macam Kewibawaan
C. Alat-alat
Kewibawaan dalam pendidikan
D. Kewibawaan dan anak
didik
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lapangan pendidikaan merupakan wilayah
yang sangat luas, Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran
manusia tentang pendidikan. Pendidikan adalah membangun budaya, membangun
peradaban, membangun masa depan bangsa. Karena itu, untuk meningkatkan harkat
dan martabat sebuah bangsa pada era global ini, tidak ada jalan lain kecuali
dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan meningkatkan kualitas pendidikan
maka akan tercipta kesatuan utuh dalam rencana dan gerak langkah pembangunan
bangsa di masa depan. Sebab, kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia suatu bangsa. Kualitas pendidikan mesti bersandar pada segenap
aspek yang terdapat dalam diri manusia atau warga negara. Dan yang penting
disadari ialah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses, sesuatu yang terus
diperjuangkan perbaikan dan kemajuannya. Meminjam ungkapan Mendiknas,
pendidikan Indonesia adalah sebuah proses pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya, yang setidaknya akan termanifestasikan dalam hal, penguasaan iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi).
Berbicara tentang pendidikan, kita tidak
bisa lepas dari pada tenaga pendidik itu sendiri. Agar bisa menjadi tenaga
pendidik yang baik dan profesional. Di samping mempunyai atau memiliki ilmu dan
seni dalam mendidik, seorang pendidik itu harus memiliki wibawa (gezag).
Di dalam makalah kami akan sedikit mengungkap tentang kewibawaan di dalam
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di
atas maka masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah:
1. Pengertian
dan fungsi Kewibawaan
2. Macam-Macam Kewibawaan
3. Alat-alat
Kewibawaan dalam pendidikan
4. Kewibawaan dan anak didik
C. Tujuan kajian
Berdasakan rumusan masalah yang dijelaskan di atas, maka tujuan kajian
yang kami lakukan adalah untuk ;
1. Menerangkan
pengertian dan fungsi Kewibawaan.
2. Mengetahui
macam-macam kewibawaan
3. Menjelaskan alat-alat kewibawaan dalam
pendidikan.
4. Menerangkan
kewibawaan dan menerapkan efek kewibawaan bagi anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kewibawaan
Guru sebagai pendidik harus memiliki kewibawaan, baik dalm
pembelajaran di dalam kelas ataupun kegiatan di luar kelas. Interaksi atau
hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan
yang didasari kewibawaan. Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu
”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa
yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti
mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap orang itu. Kewibawaan itu
ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah
dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara natural
dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabuk,
karena terikat oleh kewajiban.
Arti dari kata wibawa itu sendiri biasa
disebut sebagai “karisma”. Dengan
demikian, kewibawaan pendidik adalah
kepatuhan peserta didik secara sadar dan sukarela terhadap nasihat dan
peraturan yang ditetapkan baik oleh agama, adat istiadat ,keluarga,
pendidikan dan kurikulum. Berikut ini, beberapa definisi lain tentang kewibawaan,
antara lain:
a).
Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan
siswa terhadap gurusebagai pendidik yang memberi tuntunan dan
nilai-nilai manusiawi.
b).Menurut Charles Schaefer
(1996) menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif didasarkan atas pengetahuan
yang lebih utama atau keahlian yangdilaksanakan dalam
suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati, Oleh sebab itu, seorang
pendidik diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa
kepada pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya.
Dalam situasi dan kondisi masyarakat sekarang kewibawaan sering
diartikan sebagai suatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan itu
ia dihargai, dihormati, disegani, bahkan ditakuti oleh orang lain atau kelompok
masyarakat tertentu. Kelebihan tersebut bisa dari segi ilmu, kepintarannya,
kekayaannya, kekuatannya, kecakapannya, sifatnya, dan prilakunya
(kepribadiannya).
Pendidikan harus memiliki kewibawaan di mata anak didik, karena
anak didik membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan, dan seterusnya dari
pendidik, dan pendidik sedia untuk memenuhinya. Pendidik dapat memenuhi
kebutuhan anak didiknya sepanjang terjadi hubungan harmonis antara keduanya,
sehingga selam itu pula terdapat pengakuan akan adanya kewibawaan pendidik oleh
anak didik.
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada
seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan
suka rela menjadi patuh dan tunduk kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki
kewibawaan, akan di patuhi secara sadar, dengan tidak ada suatu paksaan, dengan
tidak merasa diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk,
patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu
B.
Macam-macam Kewibawaan
ada 2 macam kewibawaan :
1.Position Power
1.Position Power
Kewibawaan seorang pendidik
yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan forma
2. Personal Power
Kewibawaan seorang pendidik yang menimbulkan kesadaran peserta didik untuk menerima kewibawaannya karena di rasakan benar dan baik.
Kewibawaan seorang pendidik yang menimbulkan kesadaran peserta didik untuk menerima kewibawaannya karena di rasakan benar dan baik.
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang
terpancar dari dalam dirinya terhadap anak didik. Pendidik harus memiliki
kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) menghindari penggunaan penguasaan lahir,
yaitu kekuasaan yang semata-mata didasarkan kepada unsur wewenang jabatan.
Kewibawaan merupakan suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak
lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas
pengaruh tersebut.
C.
Menjalankan alat-alat Kewibawaan
dalam Pendidikan
Kewibawaan pendidikan yang dimaksud
adalah yang menolong dan memimpin anak ke arah kedewasaan atau kemandirian.
Oleh karena itu, penggunaan kewibawaan oleh guru dan tenaga kependidikan
lainnya perlu didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:
- Dalam
menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak sebagai
pribadi. Pendidik atau guru hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan anak
yang belum selesai perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik, anak
dibawa ke arah kesanggupan menggunakan tenaganya dan pembawaanya yang
tepat. Wibawa pendidikan itu bukan bertugas memerintah, melainkan
mengamat-amati serta memperhatikan dan menyesuaikannya kepada perkembangan
dan kepribadian masing-masing anak.
- Pendidik
hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atau berinisiatif
sendiri. Kesempatan atau keleluasaan itu hendaknya makin lama makin
diperluas, sesuai dengan perkembangan dan bertambahnya usia anak. Anak
harus diberi kesempatan cukup untuk melatih diri untuk bersikap patuh,
karena si anak dapat bersikap tidak patuh. Jadi dengan wibawa itu
hendaklah pendidik berangsur-angsur mengundurkan diri sehingga akhirnya
tidak diperlukan lagi. Mendidik anak berarti mendidik untuk dapat berdiri
sendiri (mandiri).
- Pendidik
hendaknya menjalankan kewibawaannya atas dasar cinta kepada anak. Ini
berarti berbuat sesuatu untuk kepentingan si anak, bukannya memerintah
atau melarang untuk kepentingannya sendiri. Cinta itu perlu bagi pekerjaan
mendidik, sebab dari cinta dan kasih sayang itulah timbul kesanggupan
selalu bersedia berkorban untuk sang anak, selalu memperhatikan
kebahagiaan anak yang sejati.
D.
Kewibawaan dan Anak didik
Dalam
melakukan kewibawaan sipendidik
mempersatukan dirinya dengan yang dididik, juga yang dididik mempersatukan
dirinya terhadap pendidiknya. Identifikasi mengandung arti bahwa:
- Si
pendidik mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan kebahagiaan si
anak. Ia berbuat untuk anak, karena anak belum dapat berbuat sendiri. Ia
memilih untuknya, jadi untuk anaknya itulah ia mengambil tanggung jawab
yang semestinya menjadi tanggung jawab si anak sendiri. Jadi sipendidik
akan mewakili kata hati anak didiknya untuk sementara. Sipendidik memilih,
mempertimbangkan dan memutuskan untuk anak didiknya. Hal demikian dapat
dipertanggung jawabkan, dan memang perlu selama si anak belum dapat
memilih, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk dirinya. Tetapi
lambat laun campur tangan orang tua atau pendidik harus makin berkurang.
- Si anak
mengidentifikasikan dirinya terhadap pendidiknya. Identifikasi anak
sebagai makhluk yang sedang tumbuh tentu saja berlain-lain menurut
perkembangan umurnya, menurut pengalamannya.
Ada
dua cara mengidentifikasi oleh anak:
- Ia dapat
sama sekali melenyapkan dirinya menurut sempurna, tidak menentang perintah
dan larangan dilakukan secara pasif saja. Bahayanya adalah di dalam diri
anak tidak tumbuh kesadaran akan norma-norma, sehingga ia tidak akan
mungkin sampai pada tingkatan ”Penentuan Sendiri”.
- Karena
ikatan dengan sang pemegang wibawa (pendidik) terlalu kuat-erat, sehingga
merintangi perkembangan “AKU” anak itu. Tetapi ikatan yang sangat erat itu
dapat menimbulkan usaha yang sangat aktif untuk mencapai persamaan dengan
pendidiknya, berbuat sesuai dengan yang diharapkan dari pendidiknya, atau
si anak ingin menjadi sang pemegang “wibawa” itu.
Anak
yang menurut dapat memberikan gambaran seakan-akan kita mencapai hasil baik
dalam pendidikan. Akan tetapi harus diingat bahwa si anak harus kita
didik tidak saja dengan hak, melainkan dengan kewajiban membawa dirinya ke
suatu tingkatan untuk dapat makin mandiri. Identifikasi si anak terhadap orang
tua atau pendidik lambat laun harus dilepaskan dari sifat perseorangan dan
harus ditujukan kepada norma-normanya.
Identifikasi pada diri seorang anak
mulanya tertuju kepada diri pribadi pendidiknya, kemudian tertuju kepada
nilai-nilai dan norma-normanya. Kelak ia lebih melepaskan diri lagi dari
pendidiknya dan lebih lagi menunjukkan dirinya kepada nilai dan norma-norma
itu. Jelas bahwa fungsi kewibawaan dalam pendidikan ialah membuat si anak
mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun metode kewibawaan itu di adopsi dari bahasa Belanda yaitu
”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa
yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti
mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap orang itu.
fungsi
wibawa pendidikan adalah membawa si anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian
dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankan dari apa yang
telah diperolehnya.
ada 2 macam kewibawaan :
1.Position Power (kewibawaan yang timbul dari jabatan)
1.Position Power (kewibawaan yang timbul dari jabatan)
2.Personal Power
(kewibawaan seorang pendidik yang menimbulkan
kesadaran peserta didik untuk menerima
kewibawaannya karena di rasakan benar dan baik).
Jadi bila anak didik dapat mengimplementasikan
dari nilai-nilai kewibawaan, maka secara sadar dan tidak ada unsur paksaan ia
akan tunduk dan patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan
itu.
B. Saran
Kewibawaan yang ada bagi seorang pendidik
adalah sangat diperlukan agar seorang anak didik dapat melaksanakan tugas yang
diberikannya. Dan anak didik dapat menjalankan itu semua, manakala kewibawaan
seorang pendidik itu diikuti dengan tingkah laku atau tauladan pendidik itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Drs.
Uyoh Sadullah, M.pd. dkk. 2011,PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik) Alfabeta, Bandung
Yaqin,
Ainul.
2005.
Pendidikan Multikultural. Yogyakarya: Nuansa Aksara
Yunus, Firdaus M. 2004. Pendidikan Berbasis Realita. Yogyakarta: Lagung Pustaka
Al-Abrasyi, M Athiyah. 2001. Dasar-Dasar Pendidikan.. Jakarta: Bulan Bintang
Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya
Yunus, Firdaus M. 2004. Pendidikan Berbasis Realita. Yogyakarta: Lagung Pustaka
Al-Abrasyi, M Athiyah. 2001. Dasar-Dasar Pendidikan.. Jakarta: Bulan Bintang
Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya
Internet:
http://ikhsanu.blogspot.com/
G:\dokumenku\Kewibawaan Guru _ Nyuy87's
Blog.htm
izin copy pak..
ReplyDelete