Kisahku di Kota
Semarang
Abdur Rouf
Hidup berawal dari
mimpi “Bondan Prakosa & fade2blade “
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah swt yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan novel ini. Saya menulis novel ini yang berjudul “Kisahku di Kota Semarang” berharap bagi
pembaca bisa memahami arti hidup sesungguhnya. Kisah ini nyata dan juga ada
suasana senang, sedih dan haru. Semoga bagi pembaca bisa mengerti apa yang ada
di tulisan ini. Semoga bermanfaat dan berguna bagi semuanya.
Penulis
Abdur Rouf
Latar
Belakang
Kisahku
di Kota Semarang
Cerita
ini berawal dari seseorang yang biasa yang tinggalnya di Desa terpencil di
daerah Jepara. Dia bernama Azzam. Dia adalah anak terakhir
dari seorang pegawai Negeri di Jepara. Selama hidupnya dia suka membantu orang
tuanya bekerja keras dan tanggung jawab. Dia suka mengaji, menulis, membaca,
dan juga suka bermain. Dari sinilah dia mulai belajar mengenal berbagai macam
permasalahan di kehidupannya. Pendidikannya sampai MA (Madrasah Aliyah).
Setelah lulus dari MA dia ingin melanjutkan perguruan tinggi.
Kisahku di Kota Semarang Part I
Banyak sekali rintangan yang ia lalui untuk
bisa ke perguruan tinggi. Ia mulai berfikir untuk masa depannya. Ia tak pantang
menyerah. Dia mulai mencari informasi kesana kemari untuk bisa masuk di
Perguruan Tinggi Negeri. Dia berprinsip hidup sekali hiduplah yang berarti. Ia
juga suka lagunya Bondan yang banyak menginspirasikan untuk tetap semangat
dalam menjalani hidup. Banyak sekali rintangan yang ia lewati. Pertama, dia
mengikuti ujian SPMB PTAIN di kudus ,ternyata dia tidak lulus. Azzam merasa
sedih. Setelah beberapa lama kemudian dia mendapat informasi di Perguruan Tinggi
Semarang. Selanjutnya dia pergi ke Semarang dan dia mendaftar. Dia mengerjakan
Tes masuk Perguruan Tinggi tersebut. Dia berdoa agar ujian ini bisa lulus.
Akhirnya setelah menyelesaikan ujian itu, menunggu beberapa hari untuk
mengetahui pengumuman lulus atau
tidaknya. Setelah selama 6 hari menunggu, akhirnya pengumumanpun di pasang. Ternyata,
dia lulus dan bisa masuk ke Perguruan Tinggi tersebut. Dia merasa gembira ria
dan bersyukur atas kelulusaannya masuk perguruan tinggi tersebut. Azzam
berharap semoga ini adalah jalan hidupku untuk kelak.
Setelah
itu, Azzam mulai berfikir untuk hidup di Kota Perantauan. Dia mulai memikirkan
tempat tinggalnya disana, kehidupan sehari-harinya, dan lain sebagainya. Dan
dari itu, dia punya teman yang bernama Luqman. Luqman adalah temannya kecil di
desanya. Dia suka bernyanyi,badannya tegap, dan suka bercanda. Selain luqman ,
ada temannya juga yang masuk di perguruan tinggi tersebut. Ia bernama Bambang.
Dia bertubuh kekar, tegap dan banyak pacarnya.
Setelah
mereka bertiga pergi ke Semarang. Di
semarang, mereka bingung. Yang mereka bingungkan itu adalah mencari tempat
tinggal. Mereka mencari selama 1 hari
dan akhirnya kita tidak dapat kos kosan.
Waktu mulai gelap, matahari sudah tenggelam. Semuanya terasa sepi.
Akhirnya kita berhenti sejenak di suatu Musholla dan kemudian menginap di
Musholla tersebut selama semalam.
Setelah
semalaman kita menginap, terlihat waktu pagi yang cerah. Suara suara mesin yang
berhamburan, mereka melanjutkan ekspedisi untuk mencari tempat tinggal. Setelah
beberapa lama mereka mencari, akhirnya mereka menemukannya. Sebuah rumah kecil
di atas tanggul yang tinggi berwarna hijau. Di dalamnya terdapat tiga kamar
tidur, satu kamar mandi dan ruang tamu. Di rumah ini tinggal juga anak-anak
kos. Ada yang dari purwodadi,batang, semarang, dan juga jepara. Tak lama
kemudian kita berkenalan dan seperti keluarga sendiri. Selama mereka tinggal
disana kita mulai bekerja sama, mengadu nasib dan hidup dalam kekeluargaan.
Setelah mereka tinggal selama tiga bulan , tiba-tiba temannya yang bernama
bambang itu ingin keluar. dia ingin pergi ke perguruan tinggi yang ada di
Jepara. Dan terjadilah peristiwa ini. Bambang kembali ke Jepara. Sekarang
tinggallah azzam dan Luqman. Dan bersamaan dengan itu pula, Azzam pindah tempat
tinggal. Azzam pindah disuruh orang tuanya lewat kak Rofiq. Kak Rofiq adalah
kakak kelasnya dulu di madrasah aliyah. Dia berwatak keras dan ingin selalu
bisa. Lalu ia pindah ke sebuah perumahan kecil di Semarang. Di dalam rumahnya
terdapat banyak berkas-berkas yang berceceran dimana mana. Terdapat juga dua
kamar tidur yang kotor serta kamar mandi yang jorok. Selama Azzam tinggal
disitu ternyata rumah itu berhantu. Dulunya rumah itu milik orang Kristen asal
Jakarta yang dimana sekarang orangnya tinggal di Jakarta. Azzam tinggal di
rumah itu selama 2 bulan saja karena ia sudah tidak kuat dengan yang ada
didalamnya. Dan akhirnya ia memutuskan untuk pindah.
Dalam
hal ini, Azzam bingung. Dia mau tinggal dimana lagi. Sudah pindah pindah kos
kemana mana. Suatu ketika saat Azzam di kampus, Azzam bertemu seseorang. Dia
bernama Edy. Dia orangnya gagah berani, pintar dan dia pengurus organisasi
kampus. Selama Azzam kenal Mas Edy, dia terasa nyaman dan semangat untuk
belajar. Dari belajar untuk menulis, berani tanggap di muka umum dan bertanggung
jawab. Suatu saat Azzam merasa sakit, Mas edy membawanya ke sebuah Musholla di
Ngaliyan. Ngaliyan adalah desa kecil di Semarang. Di musholla tersebut Azzam
dirawat Mas Edy. Dia sungguh laki laki yang penolong, disaat saudaranya terkena
musibah dia yang pertama menolong. Setelah beberapa hari kemudian , Azzam merasa sudah sembuh. Setelah
itu, Mas Edy memperkenalkan Azzam dengan seorang Ustadz yang mempunyai musholla
tersebut. Ustadz tersebut adalah seorang yang gagah, tinggi, dan masih muda.
Ustadz itu mempunyai banyak murid. Dan juga terkenal di daerah tersebut. Dia
bernama Ustadz Safuddin, S.Pd.I. Dia dulunya lulusan IAIN WalisongoSemarang. Dan
hidup bersama istrinya di daerah tersebut.
Kisahku di Kota Semarang Part II
Selanjutnya
setelah berkenalan, Azzam memutuskan untuk tinggal di Musholla itu. Dia diizinkan untuk tinggal disitu. Dia mulai
menyesuaikan diri di daerah itu. Dengan Mas Edy, Azzam tinggal setiap waktu.
Lama kelamaan akhirnya bisa menyesuaikan. Di musholla itu ada juga orangnya.
Azzam dikenalkan yang bernama Rois, Ochim dan Maftuh. Rois itu wataknya keras,
disiplin dan berani. Dia adalah anggota dari majlis dzikir di Semarang.
Sementara Ochim dan Maftuh adalah Senior dari musholla tersebut. Selama Azzam
tinggal disitu, ia banyak pengalaman dan juga kesedihan. Ia bisa membaca Alqur
an, berzanji, dan lain sebagainya. Ia juga kenal tetangga sekitar situ, bernama
Zizah dan Vivi. Azzam kenal mereka karena mereka selalu jalan jalan di sekitar
musholla. Dari hal inilah Azzam juga tahu wataknya mereka. Zizah memiliki watak
lembut, baik hati dan tidak sombong. Sementara Vivi itu memiliki karakter yang
berbeda, dia suka korea,cerewet, dan suka bergaul.
Azzam
bersyukur kepada allah swt karena dengan ini ia bisa hidup di sebuah Musholla
kecil di daerah Semarang. Ia bisa kuliah sampai semester tiga ini ada harapan
yang tinggi. Dengan lingkungan yang ia anggap bersih dari sebelumnya.
Suatu
ketika di saat akhir Desember, Ia merasa ingin mati rasanya. Disaat itu ia
sudah tidak bisa apa- apa. Ia merasa sudah kehilangan akal, udah tidak bisa
melihat dengan jelas. Ternyata disebabkan sering mengeluarkan darah dari ambeiennya.
Penyakitnya ini sudah sejak SMA tetapi ia berusaha untuk menutupinya. Ia tidak
mau menyusahkan kedua orang tuanya dalam membebani penyakitku ini.
Ternyata
takdir berkata lain, waktu sore saat ia pulang kuliah. Badannya terasa sakit.
Dan akhirnya Azzam memutuskan untuk pulang ke Jepara. Sampai di Jepara waktu
mau maghrib. Setelah itu ia langsung periksa ke dokter dan kata dokter penyakit
ambeiennya ini harus segera di operasi. Setelah dari dokter ia langsung di bawa
ke Rumah sakit. setelah di rumah sakit ia langsung di periksa. Ia menginap di
rumah sakit selam seminggu. 3 hari menunggu operasi akhirnya di operasilah. Hari
itu mungkin hari yang sangat menyedihkan. Setelah satu jam dioperasi ia lalu
sadar sekitar enam jam. Begitu sadar ia
merasa panas dan perih. Ia Cuma berdoa kepada allah semoga penyakitnya
ini sembuh. Setelah seminggu di rumah sakit akhirnya pulang ke rumah.
Setelah
beberapa hari di rumah, ada informasi tentang ujian semesteran yang dilaksanakan
pada awal Januari sampai Februari.
Januari
pun tiba ia kembali pergi ke semarang untuk ujian semesteran. Dalam ujian
semesteran ia bertemu teman teman sekelas yang sudah lama tidak berjumpa.
Setelah akhir Februari ujian semesteran pun selesai. Setelah itu ia memutuskan
untuk pindah kuliah ke jepara. Dan tidak kuliah lagi di Semarang.
Kisahku di Kota Semarang
“ make your life become much knowledge”
No comments:
Post a Comment